George Soros Siap 'Guyur' Rp 13 Triliun ke Ukraina

Jakarta -Pengusaha kaya yang dikenal sebagai spekulan mata uang, yaitu George Soros, menyatakan siap untuk menanamkan investasi hingga US$ 1 miliar, atau sekitar Rp 13 triliun ke Ukraina. Saat ini situasi di Ukraina masih bergejolak pasca kejadian di Crimea tahun lalu.

Soros yang masuk dalam jajaran orang terkaya dunia mengatakan kepada surat kabar Austria, dia siap berinvestasi US$ 1 miliar di Ukraina dengan syarat tertentu.

“Ada ide-ide investasi yang konkret, contohnya di sektor agrikultur dan proyek-proyek infrastruktur. Saya akan menaruh US$ 1 miliar. Ini pasti menghasilkan untung. Yayasan saya akan mendapatkan untung, bukan saya secara pribadi,” kata Soros seperti dilansir CNN, Selasa (31/3/2015).

Miliuner kelahiran Hungaria ini mengatakan, Eropa dan Amerika Serikat (AS) harus menunjukkan kepemimpinan politik yang kuat di Ukraina. Bila ini dilakukan, maka para investor akan masuk ke negara itu, termasuk Soros melalui yayasannya. Pihak Barat bisa mendapatkan pendanaan investasi dari Eropa yang saat ini bunga pinjamannya mendekati 0%.

Juru bicara Soros mengatakan, investasi akan sangat bergantung pada sikap Barat, yaitu AS dan sekutunya di Eropa, untuk menyelamatkan Ukraina.

Yayasan Soros itu bernama Open Society Foundations, yang didirikan pada 1979 untuk mempromosikan demokrasi dan masyarakat yang terbuka. Pekerjaan yayasan ini kebanyakan fokus menjamah eks negara-negara komunis di Eropa tengah dan timur. Namun mereka juga mendanai sejumlah program di Afrika dan AS.

“Ukraina mempertahankan batas Eropa. Tapi di atas itu, negara ini berjuang untuk mempertahankan nilai-nilai di Eropa, seperti hukum dan kebebasan. Hal ini yang seringkali dilupakan,” kata Soros.

Pasca konflik di Crimea yang melibatkan Rusia, ekonomi Ukraina terpuruk. Bahkan nilai mata uangnya, yaitu hryvnia, jatuh hampir 60% terhadap dolar AS dalam setahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi turun 7% pada 2014, dan tampaknya akan turun 5% lagi pada tahun ini.

Meski Ukraina mendapatkan suntikan dana dari Dana Moneter Internasional (IMF) Februari ini, namun kesempatan negara ini untuk pulih cukup kecil. Ukraina menghadapi sejumlah tantangan, misalnya korupsi di pemerintahan telah membuat negara ini kehilangan US$ 10 miliar per tahun.

Karena itu, IMF meminta negara ini berhemat seperti menaikkan harga gas dan memangkas uang pensiun yang merupakan kebijakan tidak populis. Perbankan negara ini kolaps karena kredit macet dan tingginya bunga kredit.

(dnl/hds)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*