Gelombang PHK di Sektor Hulu Migas Masih Akan Berlanjut di 2016

Jakarta -Jatuhnya harga minyak bumi hingga di bawah US$ 50 per barrel pada tahun ini membuat perusahaan-perusahaan migas harus melakukan efisiensi besar-besaran. Salah satu langkah untuk mengurangi pengeluaran adalah dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sejumlah karyawan.

Indonesian Petrolerum Association (IPA) memperkirakan, PHK karyawan telah dan masih akan terus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan migas di tahun 2016. Sebab, belum ada tanda-tanda perbaikan harga minyak dunia.

“Saya tidak memungkiri akan ada pelepasan karyawan dalam waktu ke depan, bahkan sudah terjadi sekarang. Bidangnya (yang terjadi PHK) itu pertama eksplorasi, kedua sifatnya supportif, misalnya yang dua orang jadi satu orang,” kata Board of Director IPA, Sammy Hamzah, dalam konferensi pers di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu (2/12/2015).

Menurut perhitungan kasarnya, PHK terhadap pekerja di sektor hulu migas mencapai 200.000 orang. PHK paling banyak terjadi di perusahaan-perusahaan penyedia jasa hulu migas. ‎

“Kalau pegawai tetap (yang kena PHK) nggak lebih dari 20-25 ribu. Tapi kalau pegawai subkontraktor, kontrak, bisa sampai 200.000. Perusahaan-perusahaan servis kan (pendapatannya) tergantung produsen,” tuturnya.

Meski demikian, perusahaan-perusahaan hulu migas tidak akan sampai menghentikan operasinya. Sebab, akan sangat sulit memulainya kembali jika kegiatan eksploitasi migas dihentikan.

“Tapi saya yakin bahwa dari sgi operasional dan produksi tidak ada perusahaan migas setop produksi. Pertimbangannya tidak sama dengan setop produksi sepatu yang kalau setop bisa besok nyalain lagi,” ucapnya.

Apalagi, industri hulu migas membutuhkan sumber daya manusia (SDM) dengan kemampuan khusus. Jika pekerja di-PHK, perusahaan migas akan sulit mendapatkan pekerja lagi ketika ingin kembali berproduksi.

“Mendapatkan kualifkasi orang tim yang tepat menjalankan itu (operasi hulu migas) tidak gampang juga,” ungkap Sammy.

‎Pihaknya berharap harga minyak dunia bisa segera terkerek naik ke level yang menguntungkan agar kegiatan hulu migas bisa kembali normal. Namun, tak ada yang bisa memastikan sampai kapan harga minyak berada di level rendah.

“Jadi kami dari industri semua mengharapkan bahwa kejatuhan harga minyak tidak akan terlalu lama. Siapa yang bisa memprediksi harga minyak dalam jangka panjang? Banyak yang bilang harga minyak akan naik ke US$ 80 per barel ternyata tidak. Artinya prediksi ini tidak ada yang tahu ke depannya seperti apa,” tutupnya.

(rrd/rrd)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*