Geliat Pasar Keuangan dan Properti Indonesia Jelang BI Rate

Geliat Pasar Keuangan dan Properti Indonesia Jelang BI Rate

Menjelang pengumuman BI Rate siang nanti  pengembang properti seakan mulai gerah dan bertanya-tanya, banyak suara menginginkan BI Rate tidak naik lagi. Suara keluhan itu nampaknya masuk akal terlebih saat ini pemerintah Indonesia masih menetapkan rezim bunga tinggi yakni pada level 7,5%. Suku bunga yang tinggi sangat berpengaruh terhadap kenaikkan suku bunga KPR, hal ini menyebabkan turunnya minat beli masyarakat akan properti terlebih pada segmen menengah ke bawah.

Saat ini sektor properti sedang menargetkan pertumbuhan sebesar 10%. Namun apabila besok BI Rate bisa diturunkan, tidak mustahil target pertumbuhan sektor properti dapat ditingkatkan. Perlu diketahui pertumbuhan properti pada tahun lalu mencapai 15%-20%, sedangkan pada awal tahun hingga sekarang mengalami penurunan hampir 10%-15%. Sepanjang awal tahun 2014 ini pertumbuhan properti masih terlihat sulit. Mengingat BI Rate masih tinggi di level 7,5%, membuat masyarakat menjadi pikir-pikir dahulu untuk mencukupi kebutuhannya akan properti.

Sebelumnya sektor properti sudah dibuat kewalahan dengan aturan Loan to Value serta peraturan pengetatan persyaratan pengajuan KPR, maka tak heran banyak yang memprediksi penjualan properti bakal menurun. Sesuai peraturan yang berlaku BI mewajibkan pembayaran uang muka (down payment/DP) untuk KPR pertama sebesar 30%, KPR kedua sebesar 40% dan KPR ketiga sebesar 50% dan seterusnya. Jika ditambah kenaikkan BI Rate, maka bunga semakin tinggi dan masyarakat merasa keberatan atas pembayaran uang muka saat ini. Sehingga wajar banyak pihak meminta BI jangan menaikkan BI Rate dahulu sehingga sektor properti ini bisa tumbuh dan membuat optimis sektor ini menjadi sektor industri yang strategis.

Bagaimana dengan sektor perbankan?  Di sisi lain, kenaikan BI Rate akan mengakibatkan kenaikan suku bunga perbankan. Bank bisa menaikkan suku bunga simpanan ataupun pinjaman. Kenaikan suku bunga simpanan akan mendorong masyarakat menunda kegiatan konsumsi karena memilih menyimpan dana di bank. Kenaikan suku bunga simpanan akan meningkatkan biaya dana bank. Jika tidak ingin margin tertekan, bank harus menaikkan suku bunga pinjaman. Langkah bank menaikkan suku bunga pinjaman akan berhadapan dengan risiko kredit bermasalah.

Untuk geliat di pasar modal, berdasarkan pengalaman yang sudah ada, kenaikan BI Rate memberikan dampak yang negatif bagi saham di sektor perbankan dan properti. Sektor saham keuangan memimpin pelemahan indeks saham pada perdagangan saham. sektor perbankan dan properti terimbas kenaikan BI Rate lantaran mengandalkan kredit. Pelaku pasar khawatir BI Rate membuat beban biaya emiten menjadi lebih besar sehingga memilih untuk melakukan aksi jual. Selain itu, emiten dengan beban biaya dalam bentuk dolar Amerika, khususnya importir, turut tertekan. Jadi, bagaimana reaksi pasar hari ini?

(rf/Ja/vbn)

 


(Sumber : http://vibiznews.com/feed/ )

Speak Your Mind

*

*