GBP/USD Masih Akan Turun Jauh Lagi?

GBP/USD tetap berada pada tekanan yang besar setelah kejadian Brexit dan “crash” singkat. Masih banyak lagi yang bisa terjadi yang akan menekan nilai GBP. Berikut ini adalah pandangan dari Credit Suisse sebagaimana yang dilansir oleh eFXnews.

Ada enam alasan utama mengapa Credit Suisse tetap berpandangan “bearish” terhadap GBP sampai saat ini.

  1. Ekonomi Inggris kemungkinan akan mengalami transisi struktural yang hanya akan sekali terjadi dalam satu generasi. GBP yang lebih lemah kemungkinan diperlukan untuk meminyaki roda transisi pada saat pergeseran itu terjadi.
  2. Sementara GBP TWI baru-baru ini mencapai posisi terendah sepanjang waktu, metode valuasi ini menjadi kurang berarti ketika ekonomi sedang menghadapi perubahan struktural secara signifikan seperti yang akan terjadi di Inggris.
  3. Para pembuat kebijakan moneter masih memberikan lampu hijau untuk poundsterling terus melemah. Sebagai tandanya, kejatuhan Sterling tidak menghentikan Bank of England dari memangkas tingkat bunga di bulan Agustus yang lalu atau dari memberikan petunjuk akan melakukan hal itu (pemotongan tingkat bunga) lagi. Sampai nanti ada keprihatinan yang sungguh-sungguh terhadap hilangnya daya beli diluar negeri atau inflasi barang-barang impor, berarti para pembuat kebijakan masih mentolerir kelemahan GBP. Pasar memang saat ini sudah mulai memberikan harga terhadap kenaikan tingkat bunga oleh Bank of England, tetapi Credit Suisse memperkirakan perlu ada penurunan yang cepat dari GBPUSD kebawah 1.10 untuk membuat BoE melakukan langkah-langkah darurat dengan kecenderungan BoE yang masih “dovish” sampai saat ini.
  4. Dengan berjalannya waktu, para “global reserve managers” semakin menghitung ulang untuk memegang alokasi GBP yang masih tinggi terhadap preseden-preseden bersejarah. GBP tidak lagi memberikan “yield appeal” sebagaimana yang ditawarkan pada beberapa tahun yang lalu. “Crash” yang cepat yang berulang kali atau resiko potensi penurunan “rating” kredit membuat GBP telah  menjadi matauang “reserve” yang kurang diminati.
  5. Neraca Inggris memiliki ruang gerak (relatif terhadap GDP) yang besar dan banyak memakai “leverage” yang selalu memberikan ruangan terhadap pergerakan FX yang besar.
  6. Credit Suisse tidak yakin bahwa “hard-Brexit” telah secara penuh diperhitungkan kedalam harga oleh pasar.

Ferli/VMN/VBN /Senior Analyst Vibiz Research  Center


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*