Gagal Capai Target di 2013, INCO Berusaha Untuk Rally

Gagal Capai Target di 2013, INCO Berusaha Untuk Rally

Manajemen PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengakui tidak berhasil mencapai target laba bersih pada 2013, karena penurunan harga nikel dunia dan gagal mencapai target produksi. Manajemen menyampaikan bahwa hingga kuartal-III 2013 produksi baru mencapai 57.503 ton, sedangkan target produksi pada 2013 mencapai 79.500 ton. 

INCO juga melaporkan laba bersih perseroan juga baru mencapai US$47,3 juta, sedangkan target laba bersih 2013 adalah  US$213.6 juta. Tidak tercapainya target laba di 2013 dilansir karena turunnya harga nikel dunia di bursa logam London (London Metal Exchange/LME). Untuk tahun 2014, INCO menargetkan produksinya bisa mencapai 79.691 ton, dan penjualan produksi nikelnya mampu mencapai US$1 miliar.

Selain itu, INCO juga menargetkan laba bersih perusahaannya bisa mencapai US$112 juta, dengan asumsi LME US$16.000 per ton. Agar target tersebut dapat tercapai, manajemen berharap proses renegosiasi kontrak dapat diselesaikan pada kuartal-I 2014. Sedangkan untuk penggunaan barang dan jasa dalam negeri hingga kuartal III 2013 sudah mencapai 54%, sedangkan luar negerinya mencapai 46%. Pembelian barang luar negeri yang terbesar adalah high sulfur fuel oil (HSFO) yang digunakan untuk pembakaran mengeringkan bijih nikel. Minyak ini baru bisa dipasok oleh pemasok di luar negeri, karena mempunyai spesifikasi khusus.

Untuk melakukan eksplorasi tersebut tentu saja INCO membutuhkan modal yang lebih besar lagi, misalnya saja untuk eksplorasi di bukit Mahalona, Sulawesi Selatan, INCO mengucurkan dana sebesar US$205,72 ribu atau sekitar Rp2,46 miliar  Adapun pelaksanaan eksplorasi tersebut dilakukan perseroan bersama dengan pihak ketiga dan hasil pengujian sedang dalam proses perhitungan cadangan dengan metode block modeling di Sorowako. 

Melihat kebutuhan dana yang cukup besar, maka laporan keuangan perusahaan menjadi penting sebagai panduan investasi bagi investor. Dilihat dari sisi fundamentalnya, nilai ROA dan ROE-nya masing-masing pada kuartal-III 2013 adalah 2,04% dan 2,71%. Adapun angka ini menggambarkan kenaikan rasio tingkat pengembalian ditiap kuartalnya.

Begitu juga dengan laba bersih dan pendapatan perusahaan yang terus bertumbuh dari tahun ke tahun, diikuti pada tahun 2013 pertumbuhan ditiap kuartalnya. Selain itu hal penting lain yang harus dilihat adalah laporan arus kas perusahaan yang terus berada di posisi positif dari tahun ke tahun padahal perusahaan tengah melakukan eksplorasi besar-besaran. Artinya perusahaan sudah dapat mengelola asset dan modal yang dimiliki untuk membiayai operasionalnya.

Namun untuk perdagangan sahamnya pada perdagangan kemarin (13/2),  INCO berhasil menguat 1,6% dibanding penutupan dihari sebelumnya menjadi Rp. 2550.  Sekalipun sempat melemah dan berada dilevel terendahnya yaitu 2510 karena adanya sentiment negatif dari bursa saham Asia, volume perdagangan saham INCO hingga akhir perdagangan 16,5 juta.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting melihat secara teknikal INCO sedang menemui pola peningkatan jangka pendeknya. Indikator teknikal juga memberi dukungan dengan MACD yang saat ini mulai menembus area positif, stochastic menguat namun masih di area tengah. Sementara stochastic bergerak menguat di wilayah 50 persen. Dukungan teknikal memberi kesempatan bagi harga untuk menguat menuju level resistance ke 2.650, sementara level support berada di kisaran 2.475 hingga 2.500. 

(sr/JA/vbn)


(Sumber : http://vibiznews.com/feed/ )

Speak Your Mind

*

*