Fed rate naik, kupon global bond pun ikut terkerek

JAKARTA. Kabar gembira bagi investor yang memburu surat utang denominasi valuta asing. Analis memprediksi instrumen tersebut akan menawarkan kupon lebih tinggi di tahun depan dibandingkan tahun ini.

Bond Analyst PT Bank Maybank Indonesia Anup Kumar mengatakan, kenaikan kupon tahun depan dipicu oleh naiknya suku bunga bank sentral Amerika Serikat, Fed rate. Apabila Fed rate mengalami kenaikan sebesar 50 basis poin hingga 75 basis poin, maka surat utang negara (SUN) valas akan mengalami kenaikan sekitar 50 basis poin hingga 75 basis poin. “Hitungan tersebut untuk SUN valas denominasi dollar AS,” ujar Anup, Jakarta, Kamis (3/12).

Pemerintah menaikkan porsi penerbitan surat berharga negara (SBN) valas tahun depan menjadi 30% dari target penerbitan SBN bruto di anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2016 sebesar Rp 509.38 triliun. Porsi tersebut lebih besar dibandingkan tahun ini yang sebesar 24,4% dari target SBN bruto senilai Rp 425,2 triliun.

Loto Srinaita Ginting, Direktur surat utang negara (SUN) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) mengatakan global bond akan diterbitkan dalam denominasi yen, euro dan dollar AS baik konvensional maupun sukuk global. “Kami juga akan mempertimbangkan apabila ada permintaan SUN valas domestik,” ujar Loto, Jakarta.

Pemerintah juga mempertimbangkan penerbitan global bond dengan denominasi Yuan atau Panda bond. Menurut Loto, penerbitan surat utang tersebut masih menghitung potensi permintaan dan pengaturan penerbitan. “Sehingga untuk Panda bond masih opsional,” ujar Loto.

Sumber Kontan di DJPPR mengatakan penerbitan Panda bond masih dalam taraf kajian. Pemerintah menargetkan bisa menyelesaikan kajian tersebut akhir tahun ini. “Apabila tahun depan ada kesempatan dan kebutuhan akan Yuan, maka akan kami terbitkan,” ujar sumber tersebut.

Handy Yunianto, Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas mengatakan, kenaikan kupon tidak akan signifikan lantaran membaiknya fundamental ekonomi Indonesia yang akan memicu membaiknya risk premium di tahun depan. Dia memperkirakan credit default swap (CDS) Indonesia berpotensi turun sekitar 20 basis poin.

Di sisi lain, kenaikan Fed rate akan mendorong kenaikan yield surat utang AS, US treasury. Analisis dia, yield US treasury tahun depan akan naik sekitar 50 basis poin. “Dengan suku bunga dunia yang masih rendah, kemungkinan kenaikan yield US treasury tidak akan tinggi dan akan gradually,” ujar Handy.

Dengan asumsi tersebut, cost of fund penerbitan global bond diprediksi akan naik berkisar 25 basis poin hingga 50 basis poin. “Perkiraan tersebut akan berbeda apabila yield US treasury naik lebih tinggi atau risk premium Indonesia berubah lebih banyak,” kata dia.

Fixed Income Analyst Samuel Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus mengatakan penerbitan SUN valas tahun depan akan dipengaruhi oleh adanya kepastian kenaikan Fed rate, terkendalinya laju inflasi, neraca perdagangan yang semakin menipis, penyerapan anggaran kian maksimal, serta lebih stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. “Sehingga peluang BI rate turun akan semakin besar. Apabila BI rate turun, maka pertumbuhan ekonomi akan terstimulus, sehingga GDP Indonesia akan kembali meningkat,” tutur Nico.

Menurut Anup, investor masih akan meminati SUN valas Indonesia seiring ekspektasi perekonomian Indonesia di tahun 2016 yang diprediksi akan tumbuh di atas level 5% atau lebih baik dibandingkan dengan ekspektasi pertumbuhan Indonesia selama tahun 2015 yang akan berada di bawah level 5%.

Selain itu, pemerintah juga terus merealisasikan janji-janjinya seperti penghapusan subsidi, realisasi dari belanja infrastruktur serta menjaga stabilitas dari kondisi ekonomi dalam negeri melalui berbagai langkah-langkah maupun kebijakan.

Dari eksternal, seperti rencana kenaikan suku bunga referensi AS, kebijakan ekspansif moneter di zona Eropa serta kemungkinan devaluasi lanjutan dari mata uang Yuan seiring dengan perlambatan ekonomi Negara Tiongkok akan mempengaruhi kenaikan kupon global bond pemerintah Indonesia.

Korporasi cari yang murah

Tak hanya pemerintah, korporasi juga melirik pendanaan melalui obligasi valas tahun depan. Misalnya, PT Garuda Indonesia yang tengah mematangkan rencana penerbitan obligasi global senilai US$500 juta pada semester I tahun depan.

Nico mengatakan korporasi akan mencari pendanaan dengan cost of fund yang lebih murah. Diperkirakan, korporasi akan menerbitkan obligasi valas apabila kondisi global mendukung. Kondisi perekonomian tahun depan juga dipastikan mengalami peningkatan sehingga emiten diprediksi lebih menyukai penerbitan obligasi.

“Namun biasanya korporasi valas meminjam uang dari bank Negara sebelah karena memiliki tingkat cost of fund yang lebih murah,” kata Nico.

Selain faktor eksternal serta CDS Indonesia, menurut Anup, penerbitan obligasi korporasi valas juga akan dipengaruhi oleh premi risiko. “Premi ditetapkan Setelah diketahui rating perusahaan tersebut serta jaminan yang diberikan bagi investor obligasi korporasi tersebut,” ujar Anup.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*