Fed Jadi Sentimen Negatif Juga di Pasar Obligasi

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI), Reza Priyambada – (Foto: Istimewa)

INILAHCOM, Jakarta- Bukan hanya rupiah dan pasar saham yang terimbas negatif oleh rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed akhir 2015, pasar obligasi juga alami nasib serupa. Seperti apa?

Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengatakan, masih berlanjutnya sentimen negatif membuat laju pasar obligasi masih diwarnai pelemahan. “Laju pasar obligasi di pekan kemarin cenderung variatif bergerak melemah dimana aksi-aksi jual masih mewarnai perdagangan,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (31/5/2015).

Meski sempat terjadi aksi beli, belum mampu mengimbangi aksi jual tersebut. Sentimen dari munculnya berita positif berupa kenaikan peringkat outlook surat utang Pemerintah oleh Standard & Poors yang diikuti berita pembagian dividen dari beberapa emiten, tampaknya sudah tidak dihiraukan lagi oleh pelaku pasar obligasi di pekan kemarin.

“Sentimen negatif datang, terutama dari The Fed yang membuat pernyataan di luar pertemuan resmi the Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan menaikkan suku bunganya di akhir tahun ini,” papar dia.

Terlihat pergerakan harga obligasi, khususnya harga obligasi Pemerintah yang cenderung bergerak variatif yang terefleksi dari masih naiknya yield yang merata pada seluruh tenor.Kenaikan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor pendek (1-4 tahun).

Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan rata-data yield 9,42 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 8,54 bps; dan tenor panjang (8-30tahun) turut mengalami kenaikan yield hingga 2,18 bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo 4 tahun kembali melemah harganya hingga 28,07 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo 9 tahun melemah harganya hingga 47,41 bps.

Di pekan kemarin, Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Lelang Surat Berharga SyariahNegara (SBSN) untukseri sebagai berikut:

  1. Seri SPN12160304 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 4 Maret 2016;
  2. Seri FR0070 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,375% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2024.
  3. Seri FR0068 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,375% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2034.

Meski masih terdapat sentimen negatif yang menyertai adanya aksi jual, permintaan akan lelang surat utang negara (SUN) masih dapat di atas target indikatif Rp10 triliun meski nilai tersebut di bawah lelang SUN sebelumnya dimana permintaan terbesar pada SUN jangka panjang.

Dalam lelang kali ini, total permintaan yang masuk mencapai Rp11,59 triliun, lebih rendah dibandingkan lelang SUNperiode sebelumnya, Selasa (26/5/2015)yang mencapai Rp 13,30 triliun. Pada lelang kali ini, lelang diserap Rp7,20 triliun atau di bawah target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp10 triliun.

Pemerintah hanya memenangkan 3seri seluruhnya yang ditawarkan. Diantaranya, seri SPN12160304(reopening) dengan permintaan yang masuk dari investor Rp2,35 triliun. Imbal hasil terendah yang masuk sebesar 6,30% dan Imbal hasil tertinggi 7,10%. Seri ini diserap Rp 1,85 triliun dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 6,60% dan tingkat imbalan diskonto.

Kemudian, seri FR0070(reopening) mengalami permintaan Rp6,97 triliun dengan Imbal hasil terendah 8,15% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 8,35%. Seri ini diserap Rp 4,10 triliun dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 8,15% dan tingkat imbalan 8,375%.

Seri FR0068(reopening)mengalami permintaan Rp 2,27 triliun dengan Imbal hasil terendah 8,37% dan yield tertinggi yang masuk 8,60%. Seri ini diserap Rp 1,25 triliundengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 8,41% dan tingkat imbalan 8,75%.[jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*