Fed Belum Ubah Suku Bunga, Rupiah Terdongkrak

INILAHCOM, Jakarta Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah mampu melawan dominasi dolar AS seiring The Fed yang belum akan mengubah suku bunga acuannya. Akan tetapi, pelemahan harga minyak tetap jadi ancaman.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia , nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 182 poin (1,33%) dalam sepekan terakhir ke 13.471 pada pekan yang berakhir Jumat, 12 Februari 2016 dibandingkan akhir pekan sebelumnya di angka 13.653 per Jumat, 5 Februari.

“Imbas pidato The Fed, angkat laju Rupiah untuk menguat sepanjang pekan kemarin,” katanya kepada INILAHCOM, di Jakarta, Minggu (14/2/2016).

Setelah dolar AS melemah terhadap mata uang negara berkembang beberapa hari lalu, kini penguatan dolar AS kembali menyelimuti pergerakan mata uang dunia. “Pelemahan mata uang emerging market selain dipicu oleh kecemasan baru yang dirasakan pelaku pasar mengenai kesehatan perekonomian global, juga disebabkan oleh aksi profit taking para pelaku pasar,” ujarnya.

Belum lagi, kata dia, harga minyak mentah yang kembali melemah sehingga berimbas pada menguatnya laju dolar AS terhadap mata uang emerging market termasuk rupiah.

Namun demikian, menguatnya rupiah terhadap dolar AS memberikan adanya harapan bagi mata uang garuda ini untuk dapat melanjutkan penguatannya dalam jangka pendek. “Rupiah sempat berada di level 13.400-an atau yang terkuat sejak 3 bulan terakhir meski kembali turun tipis sehingga berpeluang dapat mematahkan tren pelemahannya,” tutur dia.

Di satu sisi, lanjut Reza, mulai rebound-nya harga minyak kembali membuat pelaku pasar optimistis terhadap penguatan lanjutan baik penguatan harga minyak dunia maupun mata uang berbasis komoditas seperti rupiah.

“Sempat berada di area Rp13.600an namun, mampu kembali berbalik menguat mendekati level 13.400 sehingga membuat laju perdagangan rupiah jelang akhir pekan mulai terbatas,” papar Reza.

Di sisi lain, tren harga minyak dunia yang masih melanjutkan pelemahannya turut menekan laju rupiah terhadap dolar AS meskipun terhadap sejumlah mata uang lainnya seperti EUR, CHF, CNY, dan JPY, laju dolar AS terlihat cenderung melemah,” ucapnya.

Pelemahan dolar AS terimbas hasil testimoni the Fed yang belum berencana mengubah suku bunga acuannya dalam waktu dekat ini. “Selain itu, penguatan rupiah sempat dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk hit and run sehingga aksi profit taking pun terjadi,” tuturnya.

Di akhir pekan, laju dolar AS kembali mengalami kenaikan terhadap rupiah setelah terimbas kembali melemahnya laju harga minyak mentah dunia.

Laju rupiah sepanjang pekan kemarin menguat tipis. Laju rupiah mampu melampaui target area resisten 13.685. Arah berikutnya, rupiah berpeluang melaju dalam kisaran support-resisten 13.800-13.420 mengacu pada kurs tengah BI. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*