Faktor BI dan China Benamkan Rupiah Sepekan

INILAHCOM, Jakarta- Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah melemah tajam seiring faktor pernyataan dari BI perihal perlambatan ekonomi RI dan melemahnya manufaktur China. Seperti apa?

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI), dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah melemah 227 poin (1,5%) ke posisi 14.690 pada pekan yang berakhir Jumat, 25 September 2015 dibandingkan akhir pekan sebelumnya di angka 14.463 per Jumat, 18 September 2015.

“Laju rupiah masih tetaplebih menyukai berada di zona merah,” kata Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (27/9/2015).

Laju rupiah secara tidak diduga memang mampu mengalami kenaikandi awal pekan.”Tidak berubahnya suku bunga The Fed memberikan kesempatan bagi laju harga komoditas untuk dapat berbalik positif dan berimbas pada melemahnya laju dolar AS,” ujarnya.

Pelemahan tersebut, lanjut dia, dimanfaatkan pelaku pasar untuk melepas dolar AS dan masuk ke beberapa mata uang soft currency. “Laju rupiah pun turut terimbas dari adanya penguatan soft currency tersebut,” papar dia.

Apalagi sebelumnya, laju dolar AS telah mengalami pelemahan seiringterapresiasinya laju EUR-USD, Yen-USD, dan GBP-USD.

Namun demikian, setelah mengalami kenaikan, laju rupiah kembali mengalami pelemahan. “Adanya penurunan pada harga komoditas di pasar spot berjangka, berimbas pada terapresiasinyalaju dolar AS,” tuturnya. “Akibatnya laju rupiah secara tidak langsung mengalami pelemahan.”

Setelah terimbas penguatan kembali laju dolar AS karena penurunan harga komoditas global, laju rupiah juga belum didukung oleh sentimen dalam negeri sehingg berpengaruh pada pelemahan laju rupiah antara lain.

Yang jadi tekanan negatif dari dalam negeri antara lain, pernyataan Bank Indonesia (BI) yang memprediksi kondisi ekonomi Indonesia sampai semester I-2016 belum akan menunjukkan perbaikan signifikan. Hal ini ditunjukkan adanya defisit transaksi berjalan ataucurrent account deficit(CAD) dan defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).

Gubernur BI menegaskan,arus dana masuk ataucapital inflow masih dalam tren minim sehingga transaksi finansial belum menjanjikan karena ketidakpastian di pasar global. Ketidakpastian tersebut terutama bersumber pada rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika.

Faktor lain adalah melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia yang berpengaruh pada penurunan arus dana masuk. Lalu, penilaian pemangkasan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2016 menjadi 5,3% dari sebelumnya 5,5%.

Lainnya, tekanan dari data manufaktur China yang di luar dugaan turun ke level terendah sejak 2009. Laju rupiah terus bergerak ke bawah dan di bawah target support14.550.

Rupiah berpeluang melaju dalam kisaran support-resisten 14.778-14.525. “Kisaran tersebut mengacu pada kurs tengah BI,” imbuhnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*