Euro Menuju 1.40, Draghi Merestui

Presiden Bank Sentral Eropa, Mario Draghi menegaskan bahwa menguatnya Euro saat ini, terkuat sejak 2011 adalah sejalan dengan tujuan kebijakan bank sentral, sebagai hasil kebijakan suku bunga dan juga ditopang pertumbuhan ekonomi Eropa.

FINANCEROLL – Menguatnya Euro memang menjadi gambaran keberhasilan Draghi dalam menstabilkan mata uang tersebut setelah Eropa dihantam krisis hutang dan dilema akan pertumbuhan. Pertumbuhan domestik memang lebih lamban dibandingkan dengan negara-negara ekonomi besar lainnya, lebih-lebih beberapa perusahaan seperti Adidas misalnya, terpukul dengan menguatnya Euro saat ini. Hal yang tidak dinyatakan oleh Draghi adalah kenaikan Euro ini berlangsung sangat cepat dan brutal.

Para pialang di lantai bursa menarik perhatian dengan memberikan tekanan pada Euro. Setelah sempat menguat ke $1.3967, Euro tertekan hingga ke $1.3846. Euro memang mengawali tahun 2014 ini dengan gerak menguat, terkuat sejak 2011, dengan naik 1.2 persen sejauh ini. Dalam data Options menunjukkan bahwa Euro memang berpotensi menembus $1.45 sebesar 53 persen peluangnya di tahun ini. Sebaliknya, hanya 32 persen peluangnya untuk kembali ke harga $1.30. Besarnya peluang Euro untuk ke $1.40 tidak lepas dari rekam jejak kebijakan ECB sendiri. Secara ekonomis, kenaikan $1.40 memang tidak berdampak banyak bagi ekonomi, namun bagi perusahaan-perusahaan eksportir akan terasa berat sekali. Banyak diantara mereka yang secara terang-terangan mengajukan keluhan atas kebijakan bank sentral ini.

Kebijakan ECB memang bertujuan untuk memperbaiki perekonomian Eropa yang terbenam sebesar 0.5 persen tahun lalu, dan kebijakan saat ini menyasar pada pertumbuhan inflasi guna menghindari deflasi di Eropa. Indek harga konsumen naik 0.8 persen di bulan Februari dari angka setahun lalu, mendekati separuh dari target ECB sebesar 2 persen, sementara inflasi utama yang banyak disumbang oleh fluktuasi harga bahakan makanan pokok dan energi mengalami kenaikan sebesar 1 persen.

Lebih dari enam tahun lalu, pendahulu Draghi, Jean-Claude Trichet, telah menyatakan bahwa kenaikan Euro pada November 2007 adalah sangat “brutal”, pernyataan ini dikemukakan saat Euro melejit hingga ke $1.4731. ECB akan mendapat tekanan pasar untuk melakukan aksi yang bisa meredam kenaikan secara brutal. Dalam jangka pendek, pasar memang menyadari bahwa ECB masih belum menunjukkan arah kebijakan kesana dimana penguatan euro sangat didukung ECB. namun demikian, setelah menembus ke $1.40 bahkan hingga ke $1.42, ada desakan ECB melakukan langkah agar Euro bisa kembali ke $1.30 bahkan ke $1.24 di akhir tahun ini.

Euro menguat sejak 2012 dari level terendahnya di $1.2043 dimana pelan-pelan membaik dari krisis yang menyobek-nyobek Yunani, Portugis dan Irlandia sehingga memaksa mereka perlu mendapat dana talangan. Pada Juli 2012, Draghi pernah mengatakan bahwa ECB siap melakukan apa saja untuk mempertahankan Euro. Para pialang mendorong Euro menguat meski negara-negara dikawasan itu sedang mengalami masalah resesi. Euro melonjak 0.9 persen atas Dolar AS pada 6 Maret, yang merupakan kenaikan terbesar dalam enam minggu ini, terlebih setelah ECB isyaratkan tidak memangkas suku bunga atau menambah kebijakan stimulusnya.

Para pembuat kebijakan menilai pertumbuhan Eropa bisa mencapai 1.8 pada 2016 nanti. Inflasi, ditambahkan oleh mereka akan berada dibawah target dalam dua tahun ini dan angka pengangguran Eropa bisa diatas 11 persen. Drgahi menyatakan bahwa bentangan jarak antara suku bunga Eropa dengan wilayah lain di dunia ini bisa menurun, sebab itu tekanan atas nilai tukar juga bisa menurun sementara yang lainnya akan sama. Pernyataan Draghi ini menjadi bukti terakhir vokalnya pejabat ECB menyikapi penguatan Euro saat ini. Pada 6 Maret silam, Draghi sendiri menyatakan bahwa nilai tukar telah memangkas sekitar 0.4 persen poin dari inflasi, sementara anggota Dewan Gubernur Christian Noyer lebih jauh menyatakan empat hari kemudian bahwa Euro yang kuat akan membuat tekanan tak berjamin dalam perekonomian.

Perusahaan-perusahaan eksportir mengalami pukulan hebat dengan menguatnya Euro saat ini. Adidas misalnya, kehilangan potensi keuntungan penjualan di luar negeri mengingat pendapatan mereka sebesar 75 persen dari jualan di luar Eropa Barat. Diperkirakan keuntungan mereka di 2014 bisa 17 persen lebih rendah dari harapan awal mengingat penguatan Euro saat ini. Perusahaan mesin percetakan Heidelberger Druckmaschinen AG menyatakan pada 5 Februari kemarin bahwa mereka memang sudah mengantisipasi penguatan Euro ini dengan memperkirakan penurunan keuntungan.

ECB dianggap berhasil dalam mengelola nilai tukar Euro, namun dianggap gagal dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan-kebijakan untuk mendukung daya saing. Muncul tekanan agar para pembuat kebijakan bisa memangkas suku bunga kredit dari saat ini sebesar 0.25 percent dan menjalankan kebijakan suku bunga negatif deposito yang pertama kalinya akan dilakukan pada pertemuan 3 April mendatang.

Euro menapaki jalur menuju level 1.40 atas Dolar AS seiring dengan harapan pemangkasan suku bunga yang akan dilakukan oleh ECB pada bulan April nanti. Perekonomian di area Euro sendiri mengalami pertumbuhan dari posisi resesi mereka yang paling panjang dalam tiga bulan semenjak Juni silam. Pertumbuhan hanya mencapai kurang dari 0.3 persen di kuartal-kuartal tersebut. ECB memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan meningkat sekitar 1.2 persen di tahun ini.

Pasar nampaknya ingin menguji ECB dengan penguatan Euro saat ini. Dalam penilaian pasar, kondisi Euro terlalu kuat dan bisa memberikan konsekuensi ekonomi pula. Setidaknya pasar berharapa bahwa Euro dalam tiga bulan kedepan bisa kembali menurun ke 1.33. Memang naiknya Euro tidak bisa lepas dari perkembangan Krisis Ukraina dan secara relatif juga pertumbuhan imbal hasil obligasi di Eropa. Pertumbuhan imbal hasil Obligasi di Spanyol misalnya yang tumbuh 3.38 persen pada perdagangan minggu kemarin, menurun dari tahun lalu sebesar 5.59 persen, namun masih lebih tinggi dari imbal hasil Obligasi Jerman yang hanya sebesar 1.54 persen dan diatas imbal hasil Obligasi Amerika Serikat pula yang hanya 2.65 persen.

Jika kita melihat lebih dalam, imbal hasil di negara-negara pinggiran Eropa memang relatif tinggi, potensi yang demikian ini membuat Euro bisa terkoreksi setidaknya di level $1.30 pada tahun ini. Memang belum ada indikasi secara jelas kebijakan ECB yang mengarah kesana, namun ini semua kembali ke niat politis saja. (@hqeem)


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*