Euro Menguat Terhadap Dolar AS di Asia

INILAHCOM, Tokyo – Kurs euro menguat terhadap dolar di perdagangan Asia, Jumat (13/02/2015), di tengah berita rencana mengakhiri perang 10-bulan Ukraina, harapan Yunani akan menuntaskan perbaikan utangnya dengan kreditur Eropa serta data penjualan ritel AS yang lemah.

Di Tokyo euro dibeli US$1,1427 pada perdagangan sore, naik dari US$1,1406 di New York, Kamis (12/02/2015) sore. Sementara Greenback juga berada di 118,59 yen dari 118,97 yen, dan turun tajam dari 120,27 yen di Tokyo pada Kamis pagi.

Mata uang tunggal juga diambil 135,46 yen dibandingkan dengan 135,70 yen.

Kepercayaan investor mendapat dorongan, Kamis (12/02/2015) karena pengumuman bahwa Ukraina, Rusia, Prancis dan Jerman telah mencapai kesepakatan mengakhiri konflik antara Kiev dan pemberontak pro-Moskow.

Sementara semua pihak tetap berhati-hati, kesepakatan itu mengangkat bayangan yang menjulang di atas pasar selama hampir satu tahun serta telah memukul ekonomi Ukraina dan Rusia.

Para investor sekarang memantau pergerakan di Brussel, yakni Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras mencoba meyakinkan para pemimpin zona euro lainnya merenegosiasi persyaratan program penghematan berat dana talangan atau bailout negara itu.

Dengan pembicaraan akan berakhir Jumat (13/02/2015), pasar berharap kesepakatan bisa dicapai sebelum akhir bulan, saat dana talangan Yunani akan berakhir. Kegagalan menyepakati ekstensi akan melihat Yunani gagal bayar dan kemungkinan keluar dari zona euro.

“Berita lebih tenang di Ukraina dianggap sebagai mendukung, seperti harapan kesepakatan untuk Yunani,” jelas kepala strategi pasar Asia-Pasifik di Royal Bank of Scotland Group di Singapura Greg Gibbs.

Euro bereaksi banyak terhadap berita di Yunani terutama karena mata uang itu rentan terhadap ‘short-covering’ akibat posisi ‘net short’ yang signifikan di pasar. Posisi ‘short’ adalah taruhan bahwa harga aset akan jatuh.

Dolar juga terpukul setelah Departemen Perdagangan AS, Kamis (12/02/2015) mengatakan penjualan ritel merosot untuk bulan kedua berturut-turut, Januari 2015, ditarik ke bawah oleh penurunan harga bensin.

Angka-angka melemparkan keraguan pada laju pertumbuhan AS, yang telah menjadi salah satu dari beberapa titik terang dalam ekonomi global, ketika Federal Reserve sedang mempertimbangkan kenaikan suku bunga pertengahan tahun ini.

“Jika kita mulai melihat beberapa celah di ‘baju besi’ itu dan beberapa data menunjukkan fakta bahwa AS mungkin tidak dapat bertahan dari badai seperti yang diperkirakan, maka saya pikir tentu dolar menjadi lebih rentan,” kata Omer Esiner, kepala analis pasar di pialang mata uang Commonwealth Foreign Exchange.

Laporan bahwa para pembuat kebijakan bank sentral Jepang (BoJ) mempertimbangkan langkah-langkah stimulus lebih lanjut sebagai kontraproduktif juga membantu mendukung yen.

Dolar melemah terhadap mata uang utama Asia-Pasifik.

Dolar Australia berbalik naik ke 77,84 sen AS dari 76,50 sen AS, setelah hari sebelumnya jatuh karena data pekerjaan yang lemah.

Dolar merosot menjadi 62,15 rupee India dari 62,44 rupee, menjadi 31,36 dolar Taiwan dari 31,60 dolar Taiwan dan menjadi 32,59 baht Thailand dari 32,72 baht.

Greenback juga turun menjadi 1.096,50 won Korea Selatan dari 1.109,14 won, menjadi Rp12.762,60 dari Rp12.850,10 rupiah, menjadi 1,3544 dolar Singapura dari 1,3629 dolar Singapura, dan menjadi 44,25 peso Filipina dari 44,42 peso.

Sementara yuan China jatuh ke 18,98 yen dari 19,25 yen. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*