Euro Lanjutkan Pelemahan, Masih di Kisaran 2 Minggu Terendah terhadap Dollar

Mata uang euro terpantau mengalami kejatuhan yang signifikan terhadap dollar AS pada sesi perdagangan hari ini (20/3). Euro melemah melemah tajam kemarin dan mencapai posisi paling rendah dalam dua minggu di tengah dukungan sentiment positif yang amat kuat terhadap dollar AS. Mata uang Amerika Serikat tersebut mengalami peningkatan terhadap rival-rivalnya termasuk yen setelah Janet Yellen memberikan sinyal kemungkinan FFR akan dinaikkan lebih cepat dari yang diperkirakan.

Pada akhir rapat FOMC Fed diputuskan bahwa bank sentral akan kembali menurunkan program pembelian obligasi bulanannya. Kali ini Fed menurunkan pembelian obligasi jangka pendek sebesar 5 miliar dollar menjadi 25 miliar dollar per bulan dan pembelian obligasi jangka panjang diturunkan juga sebesar 5 miliar dollar menjadi 30 miliar dollar per bulan.

Keputusan tapering tersebut tidak direspon terlalu besar oleh para investor sebab hal tersebut memang telah diperkirakan secara luas. Para investor lebih fokus kepada pernyataan Yellen bahwa suku bunga acuan kemungkinan dinaikkan enam bulan setelah Fed mengakhiri program stimulusnya.

Nilai tukar euro pagi ini berada di level 1.3831 dollar. Mata uang tunggal di kawasan euro mengalami penurunan tipis dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan dini hari tadi yang berada di level 1.3833 dollar. Kemarin euro sempat mengalami pelemahan yang signifikan dan mencapai posisi 1.3810 dollar, terendah sejak tanggal 6 Maret yang lalu.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa pergerakan nilai tukar euro terhadap dollar AS hari ini akan cenderung mengalami penurunan lanjutan. Mata uang ini diperkirakan akan bergerak pada kisaran 1.3800 – 1.3870 dollar.

Ika Akbarwati/Senior Analyst Economic Research at Vibiz Research/VM/VBN                       

Editor: Jul Allens


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*