“Kenapa Freeport masih beroperasi sampai sekarang, karena (Freeport produksi) ada tembaga dan perak, kalau hanya emas pasti rugi,” ungkap Staf Ahli Menteri ESDM, Said Didu, dalam jumpa persnya, di Kantor Kementerian ESDM, Rasuna Said, Jakarta, Jumat (20/11/2015).
Mengapa rugi? Menurut Said, karena biaya produksi tambang emas saat ini cukup tinggi, sementara harga emas terus turun. Ia mencontohkan, untuk biaya produksi emas dengan jenis tambang terbuka atau permukaan (open pit), biaya produksinya sekitar US$ 700-800 per ons. Sementara biaya produksi emas untuk jenis tambang bawah tanah (underground) biayanya mencapai US$ 1.300-2.000 per ons.
“Makanya banyak proyek tambang bawah tanah tidak ada yang jalan, karena biaya produksinya tinggi. Sementara harga emas sekarang US$ 1.050 per ons. Maka kalau Freeport hanya andalkan produksi emas, sudah pasti rugi, Freeport masih beroperasi karena ada produksi tembaga dan perak,” ungkap Said.
Seperti diketahui, cadangan emas di tambang Grasberg, Freeport di Papua akan habis sekitar tahun depan, sejak 2001 Freeport mulai mengembangkan tambang bawah tanah.
(rrd/hen)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
—
Distribusi: finance.detik
Speak Your Mind