Emas Tidak Penting Lagi Untuk Melindungi Inflasi


shadow

FINANCEROLL – Emas bisa jadi sudah tidak penting lagi untuk sebagai pelindung saat inflasi. Inflasi AS memang akan naik, namun tidak akan menimbulkan kekhawatiran.

Sejarah emas yang dikaitkan dengan inflasi sudah berlangsung sejak 2000 tahun silam, dimana untuk pertama kalinya koin uang dipergunakan pada 550 SM, sebagaimana dalam catatan World Gold Council. Inggris dan AS mulai mempergunakan emas di Abad XIX guna membatasi inflas, alhasil tak ada satu mata uang negara manapun yang tidak terhubung dengan logam mulia ini. Empat puluh tahun lalu, The Federal Reserve memutuskan untuk mengakhiri hubungan Dolar dengan Emas ini.

Kenaikan harga emas sendiri sudah diperkirakan tamat, setelah emas naik sebesar 70 persen dari bulan Desember 2008 hingga Juni 2011 yang didorong oleh kebijakan The Federal Reserve untuk melakukan pembelian kembali obligasi mereka serta memutuskan suku bunga kredit pada tingkat yang rendah sekali. Tahun lalu, harga emas anjlok sebesar 28%, ini merupakan penurunan terbesar selama 30 tahun terakhir ini. Jatuhnya harga emas akibat investor kehilangan kepercayaan akan masa depan nilai emas.

Sikap The Fed yang akan menaikkan suku bunga sebesar 1.25 persen di akhir tahun depan, sebagaimana disampaikan dalam laporan kuartal pada 17 Desember kemarin. Gubernur Bank Sentral AS, Janet Yellen sendiri menyatakan bahwa target inflasi AS telah sesuai dengan harapan, sehingga Bank Sentral akan mulai untuk menaikkan suku bunga pinjaman. Dolar AS merespon dengan bergerak secara perlahan namun pasti menuju penguatannya. Hasil ini diikuti dengan kenaikan yang terjadi di lantai bursa saham, Indek bursa AS mengalami peningkatan pula. Kombinasi sentimen ini membuat Harga emas tertekan, diperparah dengan jatuhnya harga komoditi menyusul penurunan tajam harga komoditi minyak mentah.

Sejak bulan Juni, harga minyak mentah mulai menurun, memulai gelombang penurunan panjang dalam satu generasi ini. Kebangkrutan ini alih-alih mendorong kenaikan harga konsumen, sebaaimana diharapkan investor emas dalam beberapa dekade, justru AS mengalami deflasi. Sehingga kekhawatiran saat ini bukan di Inflasi namun mengarah pada Deflasi. Biasanya, jatuhnya harga minyak akan mendorong tekanan deflasi. Kita mungkin akan melihat kenaikan suku bunga AS di tahun 2015 dan kita akan melihat Dolar semakin perkasa sehingga menekan harga emas mati-matian.

Meski tidak terjadi inflasi selama enam tahun terakhir ini, para investor mengharapkan adanya akselerasi paska The Fed memangkas suku bunga hingga mendekati nol persen guna merangsang pertumbuhan ekonomi. Akhirnya langkah ini mendorong emas mencapai harga puncaknya di $1,923.70 per ons pada Juni 2011. Saat ini, prospek inflasi makin terberai, sehingga alasan untuk memiliki emas juga pudar.

Perlu diperhatikan bahwa harga minyak mentah terus mengalami penurunan, bahkan mencapai ke harga termurahnya dalam lima tahun ini. Di tahun ini, harga minyak anjlok 42 persen hingga dibawah harga $54 per barel di bursa New York. Salah satu penyebab jatuhnya harga minyak adalah suplai minyak yang berlimpah. Data ekonomi lainnya menunjukkan bahwa biaya hidup di AS mengalami penurunan 0.3 persen, ini merupakan yang paling besar sejak Desember 2008 silam. Diperkirakan bahwa indek harga konsumen di 2015 masih akan menurun ke 1.5 persen dari sebelumnya sebesar 1.7 persen di tahun ini. Semakin murahnya harga energi membuat target inflasi bisa meleset untuk mencapai target 2 persen sebagaimana diharapkan The Fed.

Para spekulan sendiri tidak menyerah begitu saja dan masih berharap harga emas akan naik. Setidaknya sejumlah pihak masih berusaha memegang posisi beli emas. Langkah ini diambil berdasarkan asumsi bahwa Bank-bank sentral di Cina, Eropa dan Jepang akan melakukan kebijakan stimulus sehingga menaikkan inflasi global.Meskipun inflasi AS stabil, Dolar AS menguat dan memukul Emas, namun harga emas justru naik sebesar 12 persen terhadap Yen dan 10 persen terhadap Euro. Dengan demikian, laju pergerakan harga emas selanjutnya tidak hanya akan berpatok pada isu inflasi saja, namun juga likuiditas yang dipompakan kedalam sistem keuangan secara global pula. Saat ini memang belum nampak, namun saat ini mulai terjadi maka akan kita dapati peluang terjadinya inflasi kembali dan ini tentunya akan mendorong kenaikan harga emas lagi. (Lukman Hqeem | Follow Twitter @hqeem)


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*