Emas sulit tandingi pamor dollar

JAKARTA. Pamor emas meredup jelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada pekan ini. Maklum, pelaku pasar lebih suka mengoleksi dollar Amerika Serikat (AS) sebagai antisipasi kenaikan suku bunga The Fed.

Mengutip Bloomberg, Jumat (23/10), emas kontrak pengiriman Desember 2015 di Commodity Exchange turun 0,28% menjadi US$ 1.162,8 per ons troi. Sepekan terakhir, harganya tergerus 1,72%. Ini koreksi mingguan tertajam sejak Agustus lalu.

Analis Esandar Arthamas Berjangka Tonny Mariano bilang, posisi dollar AS yang sangat kuat di pasar menyulitkan harga komoditas, termasuk emas.

Mata uang Paman Sam cenderung diburu karena spekulasi kenaikan suku bunga The Fed kembali mencuat jelang rapat dewan moneter bank sentral AS (FOMC) pada 27-28 Oktober 2015.

Apalagi, data ekonomi AS cukup solid. Klaim pengangguran mingguan menyusut, dan ekspansi industri manufaktur pada bulan Oktober juga paling tinggi dalam lima bulan terakhir.

Alhasil, Jumat (23/10), indeks dollar spot melesat 0,77% ke level 97,13. “Meski emas dan dollar sama-sama safe haven, tapi dollar jauh lebih menarik minat spekulan, sebab yield-nya tinggi,” kata Tonny.

Research and Analyst Monex Investindo Futures Faisyal menilai, indikator ekonomi AS masih cukup bagus, sehingga walaupun The Fed tidak jadi menaikkan suku bunga, harga emas sulit naik signifikan.

Peluang rebound

Meski demikian, kata Tonny, pada awal pekan ini, koreksi harga emas tidak akan tajam. Bahkan, ada peluang untuk rebound, karena sudah terkoreksi tajam. Selain itu, kondisi perekonomian China dan Eropa semakin goyah.

Buktinya, People’s Bank of China (PBOC) pada akhir pekan lalu kembali memangkas suku bunga pinjaman dan simpanan. Ini dilakukan untuk mendongkrak perekonomian.

Lalu, Gubernur European Central Bank (ECB) Mario Draghi memastikan memperpanjang pelonggaran moneter. “Saat ekonomi dunia mengkhawatirkan, emas menjadi salah satu pilihan investor untuk berlindung,” paparnya.

Namun, Tai Wong, Direktur Trading Produk Komoditas BMO Capital Markets, bilang, sentimen tersebut hanya bisa menyokong emas sementara waktu. “Sebab, emas masih berjuang menghadapi permintaan yang terus turun,” katanya seperti dikutip Bloomberg, Jumat (23/10).

Faisyal justru menduga, harga emas masih tertekan pada awal pekan ini. Bahkan, tren koreksi masih akan berlanjut hingga akhir tahun ini. “Selama spekulasi kenaikan suku bunga The Fed masih terjaga, harga emas akan tertahan di kisaran US$ 1.100–US$ 1.150 per ons troi hingga tutup tahun ini,” kata dia.

Indikator teknikal juga masih menegaskan tren bearish emas. Harga bergerak di bawah moving average (MA) 50 dan 200. Indikator stochastic di level 25,32 terus turun, namun sudah masuk area jenuh jual.

Hanya, garis MACD di area positif 11,64 dan RSI level 59 mengarah naik. Prediksi Faisyal, sepekan, harga emas bisa menuju support US$ 1.140, dengan resistance di level 1.190 per ons troi. Tonny menghitung, hari ini emas bergulir di US$ 1.157–US$ 1.186 per ons troi.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*