Emas Perhiasan dan Harga Pangan Sumbang Inflasi di Jakarta

Jakarta -Inflasi DKI Jakarta sampai dengan bulan ketiga tahun 2016 tercatat rendah. Walaupun perkembangan harga-harga di Jakarta pada Maret 2016 kembali mengalami inflasi, yaitu sebesar 0,15% (mtm), angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-ratanya dalam empat tahun terakhir, yaitu sebesar 0,25% (mtm).

Dengan perkembangan ini, inflasi sejak awal tahun hanya tercatat sebesar 0,32% (ytd), jauh lebih rendah dibandingkan dengan historisnya dan juga lebih rendah dari capaian inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,62%.

Rendahnya inflasi sampai dengan bulan ini dipengaruhi oleh relatif terkendalinya perkembangan harga bahan makanan serta adanya penurunan harga minyak dunia dan penguatan nilai tukar rupiah, yang kemudian diikuti dengan penyesuaian harga BBM dan tarif listrik.

Pada periode ini peningkatan harga pada kelompok bahan makanan tercatat lebih rendah dari historisnya terutama disebabkan oleh terkendalinya harga beras dan adanya koreksi harga pada komoditas daging dan telur ayam yang sempat meningkat tinggi di akhir tahun 2015.

Sementara itu, dorongan inflasi yang terjadi pada bulan Maret 2016 terutama bersumber dari kelompok sandang yang didorong oleh naiknya harga emas perhiasan serta meningkatnya harga bahan makanan, terutama pada subkelompok bumbu-bumbuan akibat pasokan yang berkurang.

Berdasarkan disagregasinya, inflasi kelompok inti pada Maret 2016 terutama berasal dari kelompok sandang yang mengalami inflasi sebesar 0,93% (mtm), didorong oleh kenaikan indeks harga emas perhiasan yang masih cukup signifikan (3,31%, mtm).

Kenaikan harga emas perhiasan tersebut mengikuti tren kenaikan harga emas dunia yang mulai meningkat dalam tiga bulan terakhir. Walau demikian, inflasi inti dari Januari hingga Maret 2016 relatif masih terjaga. Nilai tukar yang cenderung menguat serta daya beli masyarakat yang masih rendah menjadi faktor pendukung stabilnya kelompok inti.

Setelah mengalami deflasi pada bulan sebelumnya, kelompok volatile food kembali mengalami inflasi pada Maret 2016. Bahan makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,74% (mtm), dengan pendorong terbesar berasal dari subkelompok bumbu-bumbuan yang tercatat inflasi sebesar 16,38% (mtm).

Komoditas yang terpantau naik signifikan adalah bawang merah, cabai rawit dan cabai merah, masing-masing sebesar 32,49% (mtm), 31,03% (mtm) dan 17,68% (mtm).

Walau demikian, kenaikan kelompok volatile food tertahan oleh penurunan harga beberapa komoditas utama lainnya seperti beras karena sudah mendekati musim panen raya sehingga pedagang cenderung menurunkan harga jualnya serta komoditas daging-dagingan akibat stok yang berlimpah, terutama daging ayam ras.

Sebagai penyumbang rendahnya inflasi awal tahun 2016 ini, perkembangan harga kelompok administered price kembali tercatat deflasi. Penerapan kebijakan pemerintah dalam menurunkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) pada 12 golongan non subsidi per 1 Maret 2016 serta penurunan harga BBM non subsidi yang dilakukan dua kali pada 1 Maret dan 15 Maret 2016 menjadi pendorong utama deflasi pada kelompok ini.

Kebijakan pemerintah ini berdampak pada deflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (0,45% mtm) serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,07% mtm).

Selain itu, tarif angkutan udara juga mengalami deflasi sebesar 5,74% (mtm) seiring tingkat permintaan yang menurun serta tarif yang lebih murah sebagai dampak lanjutan dari penurunan BBM.

Memerhatikan kebijakan pemerintah terkait harga-harga komoditas energi serta pola perkembangan harga-harga dan pantauan terhadap beberapa komoditas di pasar-pasar di Jakarta, inflasi pada April 2016 diprakirakan akan tetap rendah dengan kecenderungan deflasi.

Kebijakan Pemerintah dalam menurunkan harga BBM yaitu premium dan solar sebesar Rp 500 per liter pada 1 April 2016 akan berdampak cukup signifikan terhadap pergerakan laju inflasi secara keseluruhan di bulan April 2016.

Penurunan harga BBM ini juga akan berdampak ke sektor lainnya, terutama sektor transportasi. Penurunan tarif angkutan umum sebesar ± 3% mengikuti penurunan harga BBM pada angkutan penyeberangan laut dan sungai, angkutan kereta dan angkutan transportasi darat lainnya akan turut menahan laju inflasi.

Dari sisi kelompok volatile food, komoditas pangan terutama bumbu-bumbuan diindikasikan akan mengalami penurunan seiring dengan perkiraan pasokan yang lebih stabil. Hal ini terpantau dari perkembangan harga komoditas tersebut pada minggu kelima Maret 2016 yang sudah menunjukkan tren menurun terutama cabai merah. Beras juga masih akan mengalami penurunan harga karena memasuki masa panen raya.

Penguatan koordinasi antara Bank Indonesia, Pemerintah Provinsi DKI serta BUMD yang bergerak di bidang pangan melalui TPID sangat diperlukan untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi tahun 2016.

(drk/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*