Emas Masih Turun Meski Eropa Membaik dan Cina Pangkas Suku Bunga


shadow

FINANCEROLL – Harga emas terus turun dari harga termahalnya dalam tiga minggu ini setelah Dolar terus menguat ditengah sentimen kenaikan suku bunga AS. Sentimen ini mengalahkan potensi yang timbul dari langkah Cina yang memangkas suku bunga utama dan kondisi ekonomi Eropa yang membaik.

Harga Emas di pasar spot turun sebesar 0.2 persen di harga $1,198.86 per ons sebelum diperdagangkan naik kembali di $1,203. Akhir pekan kemarin, harga emas sempat ke $1,207.93 yang merupakan harga termahal sejak 30 Oktober, menjadi puncak kenaikan dalam tiga minggu secara beruntun. Sementara dalam perdagangan emas berjangka, untuk pengiriman bulan Februari naik 0.2 persen ke $1,200.50 per ons di bursa Comex.

Selama dua bulan hingga Oktober kemarin, harga emas mengalami penurunan sebagai dampak langkah The Fed yang mendekati upaya untuk menaikkan suku bunga. Para pembuat kebijakan di The Fed menyatakan bahwa dampak melemahnya pertumbuhan ekonomi Global nampaknya terbatas di tanah AS, demikian hasil sari pertemuan reguler The Fed pada bulan Oktober lalu yang dipublikasikan pada 19 November kemarin. Indek Dolar AS mengalami penguatan signifikan paska pernyataan tersebut, bahkan mencapai yang paling kuat sejak 2009 atas mata uang lainnya.

Dalam pandangan fundamental, masih diyakini bahwa perekonomian AS mengarah pada pertumbuhan dan kondisi yang lebih baik dimasa yang akan datang. Hal ini meyakinkan rujukan bahwa Dolar AS masih berpeluang terus menguat, yang juga berarti bahwa Emas masih berpeluang turun lagi.

Potensi kenaikan suku bunga AS terus mengemuka, meluruhkan daya pikat Emas sebagai pilihan investasi. Harga emas naik 70 persen sejak Desember 2008 hingga Juni 2011 setelah The Fed melakukan aksi beli obligasi dan memangkas suku bunganya mendekati nol persen untuk memicu pertumbuhan ekonomi nasionalnya.

Disaat The Fed mengakhiri kebijakan stimulus, Cina juga memangkas suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2012. Langkah Cina ini sebagai upaya mendukung perekonomian mereka tetap bergairah. Bank of Japan juga terus mengembangkan kebijakan stimulusnya pada bulan Oktober dan Presiden Mario Draghi menyatakan pada 21 November kemarin bahwa European Central Bank (ECB) akan terus mendorong laju inflasi dan jika diperlukan akan meningkatkan pembelian aset kembali. (Lukman Hqeem | @hqeem)


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*