Emas Masih Miliki Nyali Naik Lagi

INILAHCOM, New York – Reli harga emas saat ini memiliki risiko yang berasal dari politik ke suku bunga sehingga saat ini masih berada di posisi yang sama untuk waktu yang lama, kata analis USB pada Senin (13/2/2017).

“Banyak ketidakpastian, salah satunya adalah laju kenaikan suku bunga The Fed. Inflasi akan dipercepat lebih cepat dari pada kenaikan suku bunga The Fed. Keadaan ini bagus untuk aset riil. Di atas itu, kami sedang menantikan dolar melemah, kombinasi yang memiliki kecenderungan yang baik untuk meningkatkan harga,” kata Dominic Schnider kepala bank komoditas dan komoditas Asia Pasifik UBS, seperti diberitakan cnbc.com.

Harga emas terpukul saat kemenangan Donald Trump dan telah bangkit naik 7 persen hingga saat ini. Spot emas diperdagangkan sekitar US$1.230 per ons pada Senin (13/2/2017) pagi di pasar Asia. Dan masih ada kemungkinan untuk diperdagangkan di angka US$1.300 per ons menurut Schnider.

Ketua Federal Reserve Janet Yellen akan mengumumkan ekonomi dan kebijakan moneter Amerika sebelum House Financial Services Committee pada Rabu (15/2/2017) nanti akan mengamati dengan seksama setiap sinyal kenaikan suku bunga. Pertemuan The Fed berikutnya pada 14-15 Maret nanti. The Fed telah memperkirakan kenaikan suku bunga sebanyak tiga kali untuk tahun ini, meskipun masih banyak yang mendebatnya.

UBS memprediksi hanya akan ada dua kali kenaikan suku bunga di tahun ini karena melihat The Fed berhati-hati mengenai beberapa kebijakan yang masih diusulkan seperti pemotongan pajak dan belanja infrastruktur yang tinggi.

“Perekonomian diharapkan dapat mengalami percepatan di tahun ini dibanding tahun lalu. Anda bisa mendebatkan bahwa Trump membawa stimulus fiskal yang besar dan itulah alasan mengapa ekonomi tahun ini dapat mengalami percepatan sebanyak 4 poin persentase. Namun hal ini bisa saja tidak mungkin mengingat rencana itu akan diluluskan oleh Kongres,” kata Schnider. [hid]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*