Elnusa Berencana Masuk Bisnis Pembangkit Listrik

JAKARTA – PT Elnusa Tbk (ELSA) berencana masuk bisnis baru di sektor pembangkit listrik dengan memanfaatkan gas sisa (flare gas). Selain bertujuan mendiversifikasi bisnis perseroan, rencana tersebut sejalan dengan keinginan pemerintah memanfaatkan gas sisa untuk pembangkit listrik.

Elnusa memiliki bisnis yang beragam di bidang jasa sektor energi. Perusahaan afiliasi PT Pertamina (Persero) ini pendapatan utamanya berasal dari bisnis logistik, drilling, dan seismik. Perseroan juga memiliki unit usaha di sektor fabrikasi dan transportasi bahan bakar minyak (BBM).

Presiden Direktur Elnusa Syamsurizal mengatakan, pihaknya masih mematangkan rencana ekspansi di sektor pembangkit listrik itu. Perseroan belum memastikan apakah akan menjadi pemasok bahan flare gas atau mendirikan pembangkit listriknya langsung.

“Perseroan giat berkomunikasi dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu (SKK) Migas terkait ekspansi tersebut. Mudah-mudahan, PLN bisa menyambut inisiatif ini,” ujar Syamsurizal di Jakarta, Selasa (16/2).

Ia menjelaskan, perseroan mendiversifikasi bisnis untuk mempertahankan performa keuangan ketika harga minyak tertekan seperti belakangan ini. Perseroan berharap dapat bertahan dengan bisnis yang lebih tersebar.

“Kendati demikian, Elnusa masih melihat adanya peluang bisnis di tengah rendahnya harga minyak. Meski harga minyak rendah, perusahaan minyak masih ingin mempertahankan tingkat produksinya. Maka itu, kami tetap fokus untuk mendapatkan pekerjaan di sektor tersebut,” papar dia.

Hal lain, lemahnya harga minyak membuat banyak perusahaan multinasional kembali ke negaranya masing-masing. Perseroan bisa mengambil pasar-pasar yang ditinggalkan perusahaan tersebut.

Kontrak Baru
Syamsurizal mengatakan, tahun ini, perseroan bakal fokus membidik kontrak-kontrak di sektor operational maintenance. Tahun lalu, perseroan belum banyak mendapatkan kontrak di bisnis tersebut. “Kini, kami sudah mendapatkan kontrak operational maintenance untuk lima tahun,” ujarnya.

Hingga Januari tahun ini, Elnusa memiliki total kontrak senilai Rp 5,6 triliun. Dari total kontrak tersebut, yang bakal direalisasikan tahun ini sekitar Rp 3 triliun.

“Perseroan optimistis bisa mendapatkan kontrak baru tahun ini. Kami menargetkan kontrak baru tahun ini sebesar US$ 50 juta-80 juta. Masih ada 10 bulan, kami bisa kejar kontrak-kontrak baru. Kontrak yang direalisasikan perseroan dalam satu tahun biasanya sebesar US$ 400 juta,” tutur Vice President Corporate Secretary Elnusa Fajriyah Usman.

Ia menjelaskan, manajemen berupaya mencari peluang-peluang bisnis baru. Setelah mendapatkan peluang, perseroan akan menawarkan servisnya.

“Elnusa merupakan perusahaan di sektor jasa. Dalam ekspansi, perseroan mempersiapkan kapabilitasnya terlebih dahulu untuk masuk ke bisnis tertentu. Bisnis perseroan tidak dilandasi spekulasi. Sebanyak 90-95% investasi perseroan berdasarkan kontrak yang diraih,” imbuhnya.

Syamsurizal optimistis, bisnis di sektor jasa keuntungannya lebih besar dibandingkan dengan bisnis yang berbasis peralatan. Bisnis ini lebih mudah untuk beradaptasi.

“Kami punya kemampuan untuk melakukan upsizing maupun downsizing biaya, sehingga cukup responsif dalam menghadapi situasi,” kata dia.

Hati-hati
Analis First Asia Capital David Setyanto mengatakan, Elnusa memang harus mendiversifikasi usahanya di tengah rendahnya harga minyak saat ini. Hal tersebut dapat membantu kinerja keuangan perseroan. “Tetapi, Elnusa harus berhati-hati karena bisnis baru berisiko tinggi,” ungkapnya.

Secara umum, lanjut dia, kinerja Elnusa sebenarnya cenderung turun, meski tidak signifikan. Kinerja keuangan perseroan terpengaruh oleh rendahnya harga minyak mentah dunia. “Itulah sebabnya, untuk bisa menjaga kinerja Elnusa tahun ini, perusahaan perlu mendiversifikasi usaha,” paparnya.

Investor Daily

Muhammad Rausyan Fikry/EN

Investor Daily


Distribusi: BeritaSatu – Pasar Modal

Speak Your Mind

*

*