Ekspor turun, laju harga CPO tertahan

JAKARTA. Melemahnya permintaan terus membayangi harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO). Kendati begitu, prospek bisnis CPO masih dalam tren bullish hingga akhir tahun ini.

Mengutip Bloomberg pada Jumat (26/2), harga CPO kontrak pengiriman Mei 2016 di Malaysia Derivative Exchange menguat 0,35% menjadi RM 2.544 per metrik ton dibanding kan sehari sebelumnya.

Sementara sepekan terakhir, harga CPO tergerus 1,62%. Harga minyak sawit mencatat penurunan mingguan dalam dua pekan berturut-turut. Ya, lemahnya permintaan mulai membayangi pergerakan harga CPO, di tengah sentimen positif program biodiesel Pemerintah Indonesia dan penurunan produksi akibat cuaca kering.

Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures, mengatakan, CPO tertekan ekspektasi kenaikan stok saat permintaan menipis. Hal ini ditandai lesunya volume ekspor CPO Indonesia.

Di Januari 2016, ekspor CPO Indonesia ke China anjlok 56,4% menjadi 275.600 ton dibanding bulan sebelumnya. Sementara ekspor CPO ke India turun 15% menjadi 383.650 ton. Namun, ekspor CPO ke Pakistan naik 42% menjadi 235.100 ton, sedangkan ke AS naik 37,44% menjadi 97.500 ton.

“Ini membatasi pelemahan CPO,” ujar Deddy. Naiknya pemakaian minyak kedelai juga memberi tekanan.

Tapi, Deddy memperkirakan, harga CPO masih berpeluang menguat jika pekan ini bertahan di atas RM 2.500 per metrik ton.

Stok Malaysia turun

Wahyu Tri Wibowo, Analis PT Central Capital Futures, menilai, harga CPO terseret sinyal kenaikan produksi akibat musim hujan dan permintaan ekspor yang lemah. Data Southern Palm Oil Millers’ Association menunjukkan kenaikan produksi pada 1-20 Februari 2016.

“Meski pertumbuhan produksi CPO menurun tahun ini lantaran adanya El Nino, curah hujan yang meningkat bisa mengurangi dampaknya,” ujar Wahyu.

Di sisi lain, permintaan CPO masih melambat. Data surveyor kargo independen, Societe Generale de Surveillance memperlihatkan, pengiriman CPO Malaysia turun sebesar 16% pada 25 hari pertama bulan Februari menjadi 781.030 ton dibanding periode sama di Januari.

Sedangkan data Intertek memperlihatkan, ekspor CPO Malaysia periode 1– 25 Februari 2016 turun 4,8% menjadi 787.693 ton. Namun, persediaan CPO Malaysia terus turun sejak mencatat level tertinggi di 2,9 juta ton November tahun lalu.

“Harga juga rebound signifikan hingga overbought di dekat level RM 2.700 per metrik ton,” ujar Wahyu. Ia memperkirakan, outlook bullish masih terjaga dengan pergerakan di atas RM 2.400 per metrik ton.

Secara teknikal, Deddy melihat harga CPO masih bergulir di atas moving average (50), MA100, dan MA200. Indikator MACD di area positif 11 dengan RSI cenderung netral di level 50. Namun stochastic mulai tertekan di level 16.

Senin (29/2), Deddy memprediksi harga CPO menguat tipis di RM 2.500-RM 2.580 dan sepekan RM 2.470-RM 2.600 per metrik ton. Wahyu memprediksi, harga CPO sepekan RM 2.460-RM 2.580.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*