Ekspor Jatuh, Singapura Dekati Resesi Teknikal

INILAHCOM, Singapura – Ekspor Singapura turun tajam, Agustus 2015 karena melemahnya permintaan dari China dan Eropa, data resmi menunjukkan Kamis (17/09/2015). Itu meningkatkan kemungkinan resesi teknikal dalam kuartal ketiga untuk ekonomi yang bergantung perdagangan itu.

Ekspor domestik non-minyak anjlok 8,4 persen dari setahun lalu, badan promosi perdagangan International Enterprise (IE) Singapura mengatakan, lebih curam daripada yang para analis prediksi dan mencerminkan pelambatan umum dalam ekspor Asia karena permintaan global lemah.

“Kinerja ekspor buruk pada Agustus telah mendorong ekonomi lebih dekat ke resesi teknikal,” kata DBS Bank dalam komentar pasar.

“Ini jauh lebih tinggi daripada ekspektasi pasar turun 3,5 persen. Headwinds (gangguan ekonomi) eksternal timbul dari pelambatan dalam pertumbuhan Tiongkok yang akan menjadi alasan utama di balik hasil mengerikan,” imbuh DBS Bank.

Produk domestik bruto (PDB) Singapura mengalami kontraksi 4,0 persen kuartal-ke-kuartal dalam tiga bulan sampai Juni, mendorong pemerintah untuk memotong perkiraan pertumbuhan PDB resmi tahun ini menjadi 2,0-2,5 persen dari 2,0-4,0 persen sebelumnya. Kontraksi yang sama pada kuartal ketiga yang berakhir September, berarti ekonomi akan berada dalam resesi teknikal, didefinisikan sebagai dua kuartal berturut-turut kuartal-ke-kuartal penurunan dalam PDB. Hal ini lebih ringan daripada resesi yang berkembang sepenuhnya.

Bank of America Merrill Lynch mengatakan angka Agustus “memupus harapan pemulihan ekspor” untuk Singapura, ekonomi kecil dan terbuka yang sangat bergantung pada perdagangan eksternal. Angka-angka ekspor lemah sedang terseret oleh penurunan ekspor produk elektronik, seperti bagian sirkuit terpadu, komponen komputer dan disk drive, serta barang-barang non-elektronik seperti petrokimia dan farmasi.

Data resmi menunjukkan bahwa ekspor ke Tiongkok turun 8,2 persen pada Agustus, mengalami percepatan dari penurunan 1,6 persen pada Juli. Ekspor ke Eropa menyusut 9,0 persen dan pengiriman ke Jepang turun 8,1 persen, tetapi ekspor ke AS naik 8,8 persen.

Beberapa analis mengatakan penurunan ekspor bisa mendorong Otoritas Moneter Singapura, bank sentral negara kota, untuk memperlonggar kebijakan moneternya selama pertemuan Oktober. Dolar Singapura yang melemah akan membuat harga ekspor negara itu lebih kompetitif di pasar global. Tidak seperti kebanyakan negara besar, kebijakan moneter Singapura berfokus pada mengelola nilai tukar mata uang daripada suku bunga. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*