Ekspor China di Bulan Maret Anjlok; Neraca Perdagangan Masih Surplus

Rilis data figure ekspor-impor dan neraca perdagangan China hari ini menunjukkan bahwa baik ekspor dan impor mengalami penurunan yang tidak terduga pada bulan Maret yang lalu (10/4). Perdana menteri Li Keqiang mencoba untuk menstabilkan ekonomi negara tersebut yang mengarah mengalami pertumbuhan paling lambat sejak krisis keuangan global.

Ekspor mengalami penurunan sebesar 6.6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ekspor ini mengejutkan sebab sebelumnya diprediksi justru ekspor akan mengalami kenaikan sebesar 4.8 persen. Akan tetapi impor juga mengalami penurunan yang jauh lebih tajam mencapai 11.3 persen. Dengan demikian di bulan Maret lalu China tetap membukukan surplus perdagangan sebesar 7.71 miliar dollar AS.

Para investor mengamati prospek tambahan stimulus fiskal oleh pemerintah China. Pemerintah negara tersebut berupaya untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sambil mengatasi risiko di sektor kredit yang juga masih besar.

Data ekspor China telah terdistorsi di awal tahun 2013 lalu, dan berada jauh dari kenyataan setelah beberapa perusahaan memalsukan fakturnya untuk menyembunyikan adanya arus uang masuk. Menurut angka resmi dari pemerintah ekspor mengalami penurunan sebesar 18.1 persen (y/y) di bulan Februari lalu, penurunan terbesar sejak krisis keuangan global.

Pemerintah China telah menargetkan bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2014 ini akan berada di level 7.5 persen. Angka tersebut sesuai dengan estimasi yang ditetapkan oleh IMF.

Anjloknya ekspor yang cukup signifikan tersebut membuat bursa saham tergerus melemah hari ini. Untuk perdagangan hari ini tampaknya aussie juga akan mengalami koreksi setelah rally hingga ke level 4.5 bulan tertinggi akibat dari penurunan ekspor China tersebut.

Ika Akbarwati/Senior Analyst Economic Research at Vibiz Research/VM/VBN                       

Editor: Jul Allens                          


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*