Ekonomi Jepang Q4 Melambat Terganjal Lemahnya Belanja Konsumen

Ekonomi Jepang melambat lagi pada kuartal akhir 2016 dengan lemahnya belanja konsumen mengatasi kenaikan ekspor dan investasi bisnis, membuat pertumbuhan masih dibawah target pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe.

Produk domestik bruto Jepang tumbuh 1,0% pada basis tahunan dalam tiga bulan sampai Desember untuk kuartal keempat berturut-turut ekspansi, membawak keuntungan terpanjang sejak 2013, menurut data Kantor Kabinet yang dirilis Senin (13/02). Ekspansi itu sedikit lebih kecil dari perkiraan untuk pertumbuhan 1,1% oleh ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal.

Sementara angka terbaru menunjukkan pertumbuhan biasa-biasa saja di Jepang selama setahun terakhir, sementara prospek ekonomi selama beberapa bulan mendatang masih belum jelas. Harapan kuat ekonomi AS di bawah Presiden AS Donald Trump mungkin memicu permintaan global memberikan kekhawatiran bahwa kebijakan proteksionisme AS dapat melemahkan perdagangan internasional.

Trump telah berjanji untuk mengurangi defisit perdagangan AS, dan telah mengkritik Jepang khususnya untuk mendapatkan keuntungan perdagangan yang tidak adil melalui dugaan hambatan non-tarif dan yen melemah.

Jepang merupakan penyumbang terbesar kedua $ 502.250.000.000 defisit perdagangan AS di tahun 2016, menurut data Departemen Perdagangan AS.

Ekspor Jepang tumbuh 2,6% pada kuartal dalam tiga bulan terakhir tahun ini, sebagian dibantu oleh penguatan dolar terhadap yen menyusul kemenangan pemilihan Trump.

Tapi kelemahan baru di ekspor akan cepat melukai ekonomi Jepang sejak belanja rumah tangga tetap optimis.

Bisnis investasi juga tumbuh 0,9% pada kuartal, memantul kembali dari kontraksi 0,3% pada periode Juli-September.

Pengeluaran rumah tangga menyeret pada angka triwulanan, tinggal datar di kuartal. Yang menandai pertama kalinya dalam empat kuartal bahwa rumah tangga tidak meningkatkan pengeluaran. Pengeluaran rumah tangga menyumbang 60% dari PDB.

Para ekonom mengatakan bahwa kurangnya pertumbuhan upah yang signifikan menahan pengeluaran. Abe telah berulang kali menyerukan usaha untuk memberikan kenaikan upah murah untuk memacu konsumsi swasta, tetapi perusahaan tetap berhati-hati tentang membagi-bagikan kenaikan gaji yang cukup besar meskipun rekor keuntungan dalam beberapa tahun terakhir.

Namun, bagi para pembuat kebijakan Jepang, angka GDP terbaru menawarkan beberapa kepastian bahwa pertumbuhan di ekonomi terbesar ketiga di dunia telah setidaknya stabil setelah kinerja yang tidak merata dalam tiga tahun pertama abenomics, yang memiliki target pertumbuhan tahunan 2%.

Doni/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center 
Editor: Asido Situmorang


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*