Ekonomi AS Menggeliat, Bursa Saham Naik

shadow

Bursa saham seputar dunia mengalami kenaikan sejalan dengan menguatnya data indek konsumen AS  – menambah kepercayaan pasar akan kebangkitan ekonomi AS. Naiknya bursa saham juga didorong dengan stabilnya sektor industri logam di Cina. Sementara itu, naiknya kembali harga minyak mentah dari posisi termurahnya juga memberikan harapan pasar membaiknya saham-saham sektor komoditi, khususnya berkenaan dengan industri minyak mentah.

FINANCEROLL – Indek Saham Standard & Poor’s 500 menguat dalam tiga hari perdagangan terakhir dengan naik 2,9 persen. Perdagangan mulai kendor seiring dengan masuknya musim libur akhir tahun. Sementara saham-saham sektor keuangan megalami penurunan atas spekulasi bahwa perekonomian AS bisa bisa tertahan dengan kebijakan moneter ketat saat ini. Minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) naik untuk ketiga kalinya mengikuti jejak data suplai minyak AS.

Naiknya angka pembayaran oleh konsumen AS pada bulan November sejalan dengan kenaikan upah dan inflasi AS yang masih kecil, menambah daya dorong yang besar bagi kebangkitan ekonomi AS. Sementara itu, dari data yang dini dibulan Desember ini mengenai Cina menunjukkan pemulihan ekonomi setelah sejumlah pejabat tinggi Cina menyatakan bahwa mereka akan melakukan berbagai upaya lanjutan untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Harga minyak mentah memberikan sentuhan bagi kenaikan indek saham dengan berbalik naik dari harga  termurahnya dalam enam tahun ini sehingga membuat saham-saham sektor energi juga menggeliat naik setelah anjlok tajam di tahun ini.

Lumrah terjadi apabila sehari sebelum libur Natal, pasar akan menguat dengan volume perdagangan yang tipis. Indek S&P 500 naik 1,2 persen pada penutupan perdagangan hari Rabu (23/12/2015). Saham Freeport-McMoRan Inc. melonjak 16 persen. Harus diakui bahwa naiknya harga minyak mentah kembali dan sejumlah logam, membuat saham-saham sektor energi dan tambang bisa bangkit dan keluar dari lubangnya. Kedepannya, angka belanja konsumen yang baik akan menjadi indikator kuat bagi pulihnya perekonomian AS, sehingga bisa berharap munculnya “Santa rally”.

Sementara itu indek bursa Eropa 600  juga naik sebesar 2,7 persen setelah 19 kelompok industri juga mengalami kenaikan sahamnya. Sektor pertambangan dan energi memimpin kenaikan indek bursa Eropa, dimana saham ArcelorMittal naik sebesar 11 persen. Royal Dutch Shell Plc naik 5,5 persen setelah mengumumkan akan memangkas belanja mereka kembali.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman bulan Februari naik harganya sebesar 4,7 persen ke harga $37,84 per barel di bursa NYMEX, New York. Sehari sebelumnya, harga minyak mentah WTI mengalahkan harga minyak mentah Brent untuk pertama kalinya sejak Januari silam atas kabar spekulatif bahwa pemerintah AS akan mengakhiri larangan ekspor minyak mereka untuk pertama kalinya dalam 40 tahun ini ditengah kondisi melimpahnya suplai minyak mentah nasional. Suplai Minyak AS turun 5,88 juta barel pada minggu lalu, sebagai penurunan yang paling besar sejak Juni tahun ini, demikian menurut data terkini dari pemerintah AS.

Harga komoditi nampaknya akan mencatat tahun kedua kerugiannya setelah sinyalemen melimpahnya suplai minyak akan semakin panjang setelah pihak Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) tidak membatasi produksi minyak dalam pertemuan mereka awal bulan ini.  Sementara harga minyak mentah jenis Brent, yang menjadi acuan harga minyak bagi separuh perdagangan di bumi ini, diperkirakan akan mengakhiri perdagangan di tahun 2015 dengan catatan pada harga termurahnya selama 11 tahun terakhir ini.

Sektor industri logam juga mengalami kenaikan setelah laporan pada Selasa kemarin yang menyatakan bahwa perekonomian AS mengalami pertumbuhan lebih cepat daripada perkiraan. Tentu saja kenaikan ini akan mendorong permintaan akan logam dipasar kedua terbesar di dunia, dibawah Cina ini. Harga Aluminum naik ke harga termahalnya sejak Oktober silam di bursa London Metal Exchange, sementara harga Seng, naik 2,5 persen.  Indek LME atas enam sektor industri logam mengalami penurunan 24 persen di tahun ini, menjadi catatan penurunan terbesar indek logam tersebut sejak 2008.

Indek Pasar Negara Berkembang, MSCI naik selama tiga sesi perdagangan terakhir setelah sejumlah saham-saham perusahaan energi mengalami kenaikan harga kembali menyusul naiknya harga minyak mentah pula sebesar 1,1 percent, sementara saham-saham sektor Industri juga naik pula. Setidaknya indek bursa di Thailand, Malaysia, India, Russia dan Turki mengalami kenaikan sebesar 1 persen. Selain itu 20 pasar uang di negara berkembang juga mengalami penguatan pula sebesar 0,4 persen dalam empat sesi perdagangan terakhir. Rubel Rusia naik sebesar 2,2 persen dan Rupiah Indonesia menguat untuk kelima sesi perdagangan terakhir. Ini merupakan penguatan terpanjangnya sejak desember 2014 silam. Sejumlah pemerintah memutuskan untuk menurunkan harga bahan bakar efektif per 5 Januari nanti.

Dari pasar uang, dikabarkan bahwa Euro mengalami penurunan atas Dolar AS untuk pertama kalinya dalam empat minggu ini. leaving the shared currency on course for a second year of losses, as diverging policies at the two economies’ central banks drive foreign-exchange markets. Mata uang bersama ini mengalami penurunan sebesar 0.4 persen ke $1.0919. Indek Dollar Bloomberg  dipasar Spot hanya berubah sedikit, meskipun sempat naik sebesar 0,2 persen. Tentu saja, penurunan sebesar 0,6 persen di bulan ini masih membayangi pasar akibat spekulasi sebelumnya yang menyatakan bahwa the Federal Reserve akan menunggu hingga April untuk menaikkan suku bunga kembali. (Lukman Hqeem)


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*