Efek Tapering, Negara Berkembang Seperti Kerampokan.
Dalam beberapa bulan terakhir terjadi Sell off dan risk aversion di emerging markets, sehingga salah satu dampaknya adalah kurs mata uang negara mengalami penurunan yang sangat tajam.
Barclays Plc, mengutip data dari EPFR Global, menyebutkan bahwa pada pekan yang berakhir tgl 29 Januarai saja, terjadi capital outflow dari negara berkembang sebesar $6.3 milyar USD.
Dalam 12 bulan terakhir Peso Argentina, Real Brazil’ dan Lira Turki mengalami pelemahan sekitar 61 %, 22% dan 30% terhadap Dollar AS. Rupiah melemah sekitar 25% dan Baht Thailand sekitar 10%.
Faktor Penyebab.
Sejumlah pihak mengemukakan bahwa bahwa melemahnya ekonomi Cina menyebabkan turunnya kinerja ekonomi di negara berkembang dan memperlemah kurs.
Namun demikian, Analis Vibiz berpendapat bahwa faktor tersebut kurang signifikan dan dominan terhadap melemahnya kurs mata uang negara-negara berkembang yang turun sangat tajam. Dilakukannya Tapering oleh The Fed, menyebabkan tersedotnya dana dari negara-negara berkembang dan memperlemah kurs mata uang, kinerja pasar saham dan akhirnya perekonomian secara umum.
Hal ini senada dengan peryataan Presiden Brazil Dilma Rousseff bahwa ditariknya stimulus moneter di negara industri maju telah menyababkan terjadinya kerentanan pada pasar. Bahkan Gubernur Bank Sentral Brazil Alexandre Tombini, menyatakan dengan tegas bahwa kebijakan tapering telah menjadikan negara industri berkembang sebagai tumbal.
Dampak Lebih Lanjut
Sampai sejauh ini The Fed mensinyalkan bahwa kebijakan Tapering masih akan dilanjutkan dan intensitasnya dapat dinaikkan. Hal ini berdampak kepada semakin menguatnya kecenderungan capital outflow dari negara-negara industri berkembang dalam waktu-waktu mendatang.
Selain dari dampak The Fed, kecenderunan menguatnya ekonomi Uni Eropa juga menambah kuat kecenderungan capital outflow. Hal ini akan berdampak kepada semakin berkurangnya minat investor terhadap perekonomian negara industri berkembang.
Dengan demikian potensi semakin lesunya kurs dan kinerja saham di negara-negara industri berkembang nampak masih cukup besar, sehingga pelemahan ekonomi tersebut seolah-olah menunjukkan terjadinya perampokan pembangunan ekonomi di negara-negara tersebut.
—
(Sumber : http://vibiznews.com/feed/ )
Speak Your Mind