Efek Pajak Konsumsi, Kontraksi Ekonomi Jepang Lebih Hebat

shadow

Japan - Tokyo Ginza 1

FINANCEROLL – Kontraksi ekonomi Jepang berlangsung sangat hebat,terbesar sejak 5 tahun silam sebagai dampak diberlakukannya pajak konsumsi oleh Perdana Menteri Shinzo Abe.

PDB Jepang anjlok 7.1 persen dalam kuartal kedua, paling rendah sejak kuartal pertama 2009. Perkiraan pasar adalah sebesar 7 persen saja. Sejak April silam, Jepang telah menaikkan pajak konsumsi sehingga memukul sektor penjualan ritel dan belanja rumah tangga di bulan Juli. Minggu lalu, pemerintah Jepang telah isyaratkan akan memberikan kebijakan yang akan merangsang pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik. Meski demikian, kondisi ini masih belum pasti mengingat Abe sendiri masih ingin menaikkan pajak hingga 10 persen. Pastinya, kondisi demikian ini juga menyulitkan Abe untuk menjalankan rencananya.

Atas kontraksi yang terjadi, Indek Saham Utama, naik sebesar 0.2 persen pada Senin (08/09) pagi sementara Yen mengalami kenaikan 0.1 persen atas Dolar ke 105.02 per dolar.

Pajak konsumsi juga berdampak pada nilai investasi modal perseroan-perseroan sebesar 5.1 persen dari kuartal sebelumnya, dua kali lipat besarnya dari perkiraan awal sebesar 2.5 persen. Konsumsi swasra mengalami perbaikan angka menjadi 5.1 persen penurunannya dari angka sebelumnya sebesar 5 persen.

Honda Motor sebagai produsen ke 3 terbesar di Jepang, berencana akan memangkas belanja modal hingga 10 persen pada tahun fiskal ini, sementara NTT Docomo sebagai perusahaan dengan pelanggan telepon bergerak terbesar di Jepang juga akan mengurangi belanja modal sebesar 2 persen. Belanja modal justru dinaikkan oleh perusahaan-perusahaan non-keuangan dimana mereka akan menambah sekitar 1.3 persen pada tahun anggaran selanjutnya dari perkiraan rata-rata tahun ini yang bisa mencapai 7.9 persen.

Surplus perdagangan Jepang sendiri menyusut sebesar 30.6 persen dari tahun lalu di bulan Juli ini, menjadi tantangan tersendiri bagi perekonomian Jepang.  Surplus sebesar 416.7 milyar yen dalam neraca saat ini adalah lebih kecil dari perkiraan awal sebesar 444.2 milyar yen oleh Bloomberg. Melemahnya ekonomi sebagai dampak melambannya pertumbuhan sejak kuartal pertama sesaat  setelah para konsumen dan produsen ramai-ramai berbelanja sebelum pajak konsumsi dinaikkan dari 5 persen menjadi 8 persen.

Tokyo sendiri tidak akan menaikkan pajak kembali tanpa kebijakan yang mendukung perekonomiannya. Menurut Menteri Keuangan Jepang, pemerintah saat ini tengah menyiapkan kebijakan stimulus cadangan. Diperkirakan kebijakan stimulus fiskal akan sebesar 2 trilyun Yen.

Konsumsi swasta menurun sebesar 19 persen dari kuartal sebelumnya, lebih rendah pula dengan estimasi awal sebesar 18.7 persen  demikian data yang diterbitkan pada senin (08/09).

Abe tentu akan berupaya lebih keras lagi  untuk bisa menjaga pertumbuhan ekonomi setelah pihak bank Sentral berhasil memerangi stagnasi ekonomi Jepang dalam dua puluh tahun terakhir. Sementara itu, Abe juga akan berjuang mengembalikan pertumbuhan secepatnya meski produksi industri mengalami pertumbuhan yang lebih sedikit  dari perkiraan awal di bulan Juli dan penjualan kendaraan bermotor di bulan Agustus mengalami penurunan hingga ke angka terendah dalam tiga tahun  terakhir.

Pemerintah Jepang memang berkeinginan akan menaikkan pajak konsumsi hingga 10 persen setidaknya pada Oktober 2015 nanti. Abe akan memutuskan rencana tersebut pada akhir  tahun ini mengacu pada penguatan ekonomi Jepang.  Perekonomian Jepang diperkirakan masih akan tumbuh sekitar 2.7 persen di kuartal ketiga. (Lukman Hqeem | @hqeem)


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*