Dollar Turun, Minyak Naik

Dolar AS melemah pada hari Rabu setelah mendaki selama tujuh bulan ini. Melemahnya dollar memacu kenaikan harga minyak, yang sudah naik sekitar 1 persen hari ini. Hal ini membuat harga bahan bakar lebih murah bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain.

Kenaikan harga komoditas telah membantu meningkatkan ekspektasi inflasi di zona euro, menyenggol imbal hasil obligasi blok tersebut  untuk lebih jauh dari rekor terendah  yang selama ini melanda setelah Inggris meninggalkan Uni Eropa pada bulan Juni.

Tapi baik kenaikan harga minyak juga rentetan data ekonomi China yang telah stabil bisa mencegah penurunan di saham zona euro setelah serangkaian hasil pendapatan yang buruk.

“Minyak adalah indikator yang baik dari ekspektasi untuk pertumbuhan tahun depan,” kata Frederik Ducrozet, seorang ekonom Eropa senior di Pictet Swiss. “Hal ini dinilai cukup menghibur pasar yangmana minyak dihargai di atas $ 50 per barel dan agaknya akan stabil pada level tersebut.”

Terhadap sekeranjang mata uang utama DXY, dolar AS berdiri di 97,824, menjauh dari nilai tinggi tujuh bulan tinggi pada Senin di 98,169,  hal ini terjadi setelah data harga konsumen menunjukkan inflasi yang telah dimoderasi. Hal ini mendorong pasar untuk memangkas taruhan pada kenaikan suku bunga Federal Reserve akhir tahun ini.

Naiknya harga minyak diasumsi juga didukung oleh laporan dari penurunan persediaan AS dan menurunnya produksi di Cina. Pernyataan OPEC yang optimis akan penurunan produksi yang telah direncanakan juga mendukung pasar.

Minyak mentah berjangka Internasional Brent LCOc1 berada di $ 52,45 per barel pada 0840GMT, naik 76 sen, atau 1,45 persen, dan menuju kembali ke level tertinggi satu tahun dari $ 53,73 melihat awal bulan ini.

AS West Texas Intermediate (WTI) minyak mentah berjangka CLc1 diperdagangkan pada $ 51,02 per barel, juga naik hampir 1,5 persen, yang telah di bawah $ 40 per barel pada awal Agustus.

(tr)

Speak Your Mind

*

*