Jakarta -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah hingga menembus angka Rp 12.700. Kondisi ini menyebabkan harga barang-barang yang diimpor bakal terkerek naik. Salah satunya adalah produk elektronika.
Ketua Umum Electronic Marketeers Club AG Rudyanto mengatakan, produsen barang elektronika siap-siap melakukan penyesuaian harga jika kondisi ini terus berlanjut. Pasalnya, elektronika termasuk salah satu sektor yang paling terdampak jika nilai tukar rupiah melemah.
“Biasanya kalau dolar naik, kita siap-siap naik harga. Itu sudah rumusnya. Barang elektronik itu banyak yang impor, bahkan yang diproduksi dalam negeri saja komponennya masih diimpor. Jadi ketergantungannya sangat tinggi,” papar Rudyanto kepada detikFinance, Senin (15/12/2014).
‎Rudyanto mengatakan, tidak semua harga produk elektronika bakal naik menyusul dolar AS yang menguat. Dia mengatakan, ada 2 jenis produk yang diprediksikan harganya naik yaitu mesin cuci dan pendingin ruangan (Air Conditioner/AC).
Pasalnya, lanjut Rudyanto, permintaan terhadap 2 produk tersebut cukup tinggi sehingga ruang untuk menaikkan harga relatif terbuka. Sementara untuk televisi dan kulkas, permintaannya cenderung stagnan bahkan sedikit turun sehingga sulit untuk menaikkan harga.
“Kalau AC sama mesin cuci itu banyak ruangnya,” ujar dia.
Rudyanto memperkirakan, kenaikan harga berkisar di angka 5%. Perkiraan itu berdasarkan hasil perhitungan kasar sejak dolar AS berada di level Rp 12.200 hingga kini menembus Rp 12.700.
“Itu masih kasar perhitungannya. Tapi kira-kira segitu,” tuturnya.
Terkait penjualan, dia juga memperkirakan bakal terjadi penurunan. Selain kenaikan harga jual akibat pelemahan rupiah, daya beli masyarakat juga terganggu karena harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi belum lama ini dinaikkan.
“Sudah jatuh tertimpa tangga jadinya. Kita belum bisa memperkirakan penjualan, kita masih bingung. Namun yang jelas penurunan pasti akan terjadi,” sebut Rudyanto.
(zul/hds)
—
Distribusi: finance.detik
Speak Your Mind