Dolar Rp 12.000, BI: Indonesia Harus Hati-hati

Jakarta -Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Bahkan hari ini, dolar AS sempat menyentuh Rp 12.000. Indonesia harus hari-hati.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menilai, pelemahan tersebut merupakan dampak dari respons pasar terhadap rencana kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS), yaitu The Fed pada tahun depan. Ini bukan masalah ringan.

“Ini adalah tantangan yang besar. Indonesia harus hati-hati, jangan anggap ini masalah ringan,” ujar Mirza di kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (18/9/2014)

Periode kenaikan suku bunga menjadi menjadi tahapan baru. Setelah beberapa waktu lalu melewati penarikan stimulus quantitative easing yang berakhir di Oktober 2014. Pelaku pasar dihadapkan dengan pertanyaan kapan itu akan direalisasi.

“Kita masuk pada periode menunggu suku bunga Amerika akan naik, kapan akan naik dan memulai pasar tanpa stimulus lagi” sebutnya.

Negara berkembang adalah sasaran empuk atas dampak kebijakan moneter tersebut. Apalagi negara dengan pasar keuangan yang dangkal. Seperti salah satunya adalah Indonesia.

“Negara dengan pasar valas yang dangkal, maka fluktuasi akan lebih terasa, Yang angka makronya belum baik. Defisit anggaran dan transaksi berjalan masih cukup tinggi, ya lebih terasa,” paparnya.

Mengatasinya dari sisi moneter, BI akan berupaya memperdalam pasar keuangan. Salah satunya dengan diterbitkannya aturan yang mendorong peningkatan transaksi valas di dalam negeri.

“Makanya kita terbitkan ketentuan valas terhadap rupiah ini,” tukas Mirza.

(mkl/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*