Dolar Nyaris Rp 13.000, Menko Sofyan: Banyak Spekulasi

Jakarta -Saat ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) nilainya sudah di posisi Rp 12.677/US$. Sofyan Djalil, Menko Perekonomian, menyatakan bahwa pelemahan ini terkait dengan aksi spekulasi akibat ketidakpastian ekonomi global.

“Sekarang yang terjadi rupiah banyak spekulasi karena faktor eksternal. Bukan karena ekonomi kita,” tegasnya kala ditemui di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Perekonomian dunia, lanjut Sofyan, saat ini memang masih diliputi ketidakpastian. Investor tengah menanti rapat bank sentral AS, yang diharapkan memberi kejelasan soal rencana kenaikan suku bunga.

Di dalam negeri, tambah Sofyan, yang bisa dilakukan pemerintah adalah memperbaiki dan menjaga fundamental ekonomi. Salah satunya adalah menurunkan defisit transaksi berjalan (current account deficit).

“Yang penting kita perbaiki ekonomi kita, dan rupiah itu akan terefleksi dari fundamental kita,” tuturnya.

Menurut Sofyan, suatu mata uang pada dasarnya ditentukan oleh kekuatan negara itu sendiri. “Suatu nilai tukar mata uang bisa berpengaruh atau nggak di percaturan dunia sangat tergantung kekuatan ekonomi kita,” katanya.

Sofyan menyebutkan, perekonomian Indonesia masih terus tumbuh. Saat ini, ekonomi Indonesia yang diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB) nilainya sekitar US$ 1 triliun.

“Suatu saat nanti kalau kita terus tumbuh dan PDB kita US$ 2 triliun dolar, rupiah ini akan menjadi mata uang yang menjadi perhitungan,” tutur Sofyan.

Dia mencontohkan yuan, mata yang Tiongkok. Dulu yuan hampir tidak dilirik oleh pelaku pasar. Namun seiring meningkatnya perekonomian Negeri Tirai Bambu, kini Dana Moneter Internasional (IMF) telah merestui yuan sebagai cadangan devisa global selain dolar AS dan euro.

“Hari ini yuan menjadi salah satu mata uang yang cukup diperhitungkan. Meskipun mata uang yang paling mendominasi masih dolar AS,” sebut Sofyan.

(hds/hen)


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*