Dolar melemah karena pertumbuhan ekonomi AS melambat

New York (ANTARA News) – Kurs dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah data menunjukkan ekonomi AS tumbuh lebih lambat pada kuartal pertama tahun ini.

PDB riil tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 0,1 persen pada kuartal pertama, laju paling lambat sejak kuartal keempat 2012, menurut perkiraan “pendahuluan” yang dirilis oleh Departemen Perdagangan. Angka baru itu jauh dari ekspektasi para analis, lapor Xinhua.

Perlambatan dalam pertumbuhan PDB riil akibat merosotnya ekspor dan investasi swasta, yang membebani pertumbuhan mantap dari konsumsi pribadi.

Namun, angka-angka pada perekrutan pekerja sektor swasta pada April keluar positif. Perusahaan prosesor penggajian swasta AS, ADP, mengatakan sektor swasta menambahkan 220.000 pekerjaan pada April, kenaikan terkuat dalam lima bulan terakhir.

Selain itu, greenback melemah setelah pembuat kebijakan Federal Reserve mengatakan mereka akan mempertahankan tingkat suku bunga ultra-rendah untuk “waktu yang cukup” setelah program pembelian obligasi berakhir.

Setelah pertemuan kebijakan moneter dua hari, The Fed mengurangi pembelian obligasi bulanan lain 10 miliar dolar AS. Ini adalah penurunan keempat berturut-turut dengan ukuran yang sama, dan The Fed mengindikasikan penurunan lebih lanjut dalam pertemuan mendatang.

Selain itu, The Fed mengatakan “pertumbuhan kegiatan ekonomi telah meningkat baru-baru ini, setelah melambat tajam selama musim dingin sebagian karena kondisi cuaca buruk.”

Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,3872 dolar dari 1,3810 dolar pada sesi sebelumnya dan pound Inggris naik menjadi 1,6887 dolar dari 1,6831 dolar. Dolar Australia naik menjadi 0,9296 dolar dari 0,9274 dolar.

Dolar dibeli 102,11 yen Jepang, lebih rendah dari 102,57 yen di sesi sebelumnya. Dolar bergerak turun menjadi 0,8799 franc Swiss dari 0,8837 franc Swiss dan melemah menjadi 1,0947 dolar Kanada dari 1,0956 dolar Kanada pada sesi sebelumnya.

Penerjemah: Apep Suhendar


Distribusi: ANTARA News – Ekonomi – Bursa

Speak Your Mind

*

*