Dolar Hampir Sentuh Rp 11.800, Ini Penjelasan Wamenkeu

Jakarta -Hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. Dikutip dari Reuters, nilai tukar rupiah saat penutupan perdagangan tercatat Rp 11.795 per dolar AS. Melemah dibandingkan saat pembukaan pasar yaitu Rp 11.750 per dolar AS.

Menurut Bambang Brodjonegoro, Wakil Menteri Keuangan, pelemahan mata uang tidak hanya dialami Indonesia. Mata uang dunia memang cenderung melemah terhadap dolar AS.

“Itu lebih karena ada kekhawatiran interest rate di AS lebih cepat dinaikkan. Jadi orang berspekulasi cari posisi, itu biasa,” katanya ketika ditemui di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (7/8/2014).

Rupiah, lanjut Bambang, bisa kembali menguat ketika sentimen positif mulai muncul. Sentimen positif yang dinanti investor adalah perbaikan sejumlah indikator ekonomi Indonesia.

“Macam-macam. Pokoknya data CAD (current account deficit/defisit transaksi berjalan) membaik, trade balance (neraca perdagangan) membaik, inflasi lumayan. Kemarin kan trade balance kita defisit. Kalau ada perbaikan di situ, tentunya akan berpengaruh,” papar Bambang.

Isu gagal bayar (default) obligasi Argentina, tambah Bambang, tidak mempengaruhi pelemahan rupiah. “Menurut saya tidak. Default Argentina itu kasus khusus,” ujarnya.

Bambang menilai, default Argentina sebenarnya masalah hukum, bukan ekonomi. “Tidak ada urusan bahwa Argentina itu makro ekonominya jelek, tidak. Mereka sanggup bayar, kecuali yang tidak ada kesepakatan,” tuturnya.

(hds/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*