Dolar Dihajar Aksi Ambil Untung, Peluang untuk Rupiah

TEMPO.CO, Jakarta – Mata uang dolar cenderung bergerak negatif terhadap mayoritas kurs regional, setelah dolar index turun ke level 97,8. Aksi ambil untung dilakukan investor menyusul pernyataan terbaru Gubernur Bank Sentral Amerika (The Fed) Janet Yellen, yang menyebabkan greenback mengalami tekanan signifikan.

Dalam penutupan pasar uang, Senin 31 Maret 2015, meski sempat menyentuh level 13.090 per dolar, rupiah berhasil naik tipis 1,1 poin (0,01 persen) ke level 13.073,9 per dolar. Yen meningkat 0,03 persen menjadi 120,03 per dolar AS, sedangkan ringgit menguat 0,2 persen ke level 3,7035 per dolar AS.

Di San Fransisco, Janet Yellen memastikan suku bunga The Fed bakal naik pada tahun ini. Yellen menyatakan The Fed tidak bakal mempercepat jadwal pengetatan moneternya tersebut.

Ekonom dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan pelemahan dolar terjadi akibat aksi profit taking. Mereka yang mengetahui kepastian kenaikan Fed Rate pada tahun ini akhirnya tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk merealisasi keuntungan.

Meski demikian, dolar tetap menyimpan potensi untuk berbalik arah. Sebab, dengan kepastian kenaikan suku bunga tersebut, dolar masih menjadi pilihan investasi yang paling aman (safe haven).

Apalagi, dengan ketegangan yang tengah terjadi di Yaman, investor enggan menanggung risiko. Terus berlanjutnya aksi militer yang dilancarkan pemerintah Arab Saudi mendorong peningkatan potensi risiko investasi. “Ketegangan militer di Yaman menguntungkan posisi dolar,” ucap Rangga.

Inflasi pada Maret 2015, yang diprediksi berada pada level 0,2-0,3 persen, berpeluang menjadi sentimen positif rupiah. Sebab, inflasi yang dinilai relatif baik tersebut menjaga optimisme investor terhadap laju perekonomian Indonesia. Pada April, nilai tukar rupiah diperkirakan masih bergerak pada level 13.000–13.100 per dolar AS.

MEGEL JEKSON


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*