Dolar Dekati Rp 13.000, Menko Sofyan: Bukan Rupiah Saja yang Melemah

Jakarta -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih bergerak melemah. Dalam beberapa hari terakhir, dolar AS cenderung menguat dan nyaris menembus Rp 13.000.

Mengutip data perdagangan Reuters, saat ini dolar AS diperdagangkan di posisi 12.970. Menguat dibandingkan saat pembukaan pasar yaitu Rp 12.955.

“Yang melemah bukan rupiah saja. Semua mata uang melemah terhadap dolar,” tegas Sofyan Djalil, Menko Perekonomian, di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (4/3/2015).

Indonesia, lanjut Sofyan, sudah menganut rezim devisa bebas. Pergerakan nilai tukar rupiah ditentukan oleh pasokan dan permintaannya, bukan lagi intervensi negara.

“Rupiah itu ditentukan faktor supply and demand. Kita nggak bisa intervensi di sana. Kalau misalnya kita lakukan intervensi, kemudian habis cadangan devisa tapi rupiah tidak menguat bagaimana?” papar Sofyan.

Faktor eksternal dari penguatan dolar AS, tambah Sofyan, di luar kontrol pemerintah. Oleh karena itu, yang bisa dilakukan adalah memperbaiki kinerja perekonomian domestik agar gejolak nilai tukar bisa diminimalkan.

“Yang penting fundamental ekonomi kita perbaiki. Inflasi turun, arus masuk modal asing positif, apa pun indikator itu adalah cukup baik. Kemudian pengelolaan ekonomi kita jauh lebih baik, fiskal jauh lebih sehat, tidak lagi disandera kenaikan harga minyak. Dulu kita empot-empotan khawatir ubah APBN,” terangnya.

Menurut Sofyan, pelemahan rupiah tidak selalu merugikan. Bagi pengusaha yang berorientasi ekspor, pelemahan mata uang justru menjadi berkah.

“Eksportir, petani produk-produk ekspor, petani kakao, petani sawit, dan lain-lain itu sangat diuntungkan. Tapi kalau mereka impor barang baku, itu jadi masalah karena harganya terpaksa mereka sesuaikan,” tuturnya.

(hds/hen)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*