Dolar AS Tembus Rp 14.000, Pedagang: Nggak Kuat Kalau Begini Terus

Jakarta -Hari ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tembus Rp 14.000. Bisnis yang mengandalkan barang impor seperti elektronik termasuk laptop dan ponsel turut kena imbas. Penjual mengeluhkan naiknya harga produk yang dijualnya diikuti lesunya daya beli masyarakat.

Nggak kuat kalau dolar begini naik terus. Juli-Agustus bener-bener dagangan sepi. Nggak ada pengunjung. Sehari ini aja jualan belum ada yang laku satupun,” keluh Dewi seorang karyawati toko ponsel Timor Cellular, ditemui di Atrium Plaza,Jakarta Pusat, Senin (24/8/2015).

Dewi menceritakan lesunya penjualan bulan ini dibanding bulan-bulan sebelumnya. “Bulan ini baru laku 5 handphone. Kalo ramai sebulan bisa jual 10-15 handphone,” imbuhnya.

Dewi mengatakan, harga ponsel di gerainya rata-rata naik Rp 100.000/unit sementara pembeli tetap menawar dengan harga lama. “Per barang naik modalnya rata-rata Rp 100.000/item. Pembeli nggak mau tahu, pake harga lama aja,” kata Dewi.

Selain gerai penjualan ponsel, gerai elektronik lainnya seperti laptop pun mengeluhkan naiknya harga dan merosotnya pembeli selama Juli-Agustus ini.

“Kerasa banget, kita modal buat nyetok dari distributor jadi naik terutama Agustus ini,” ungkap Wati karyawati di gerai penjualan laptop Atrium Computer, Senen, Jakarta Pusat.

Wati mengaku, harga laptop maupun aksosorisnya seperti tinta dan toner naik 10-20%. “Tinta bulan ini harga naik Rp 15.000-30.000 rata-rata dari Rp 120.000 jadi Rp 135.000. Kalau laptop rata-rata naik Rp 200.000/item dari harga rata-rata Rp 3-4 jutaan,” jelas Wati.

Menurutnya, naiknya harga dua bulan ini diikuti dengan turunnya daya beli. “Bulan-bulan ini harga Kerasa banget naik ngikutin kurs dolar. Penjualan bulan ini lesu sepi banget. Untungnya laptop ketolong kebutuhan musim masuk sekolah dan kuliah jadi tetep ada aja yang beli,” tambah Wati.

Tokonya pun beberapa bulan terakhir tidak bisa lagi menggelar promo diskon atau cash back. “Beberapa bulan ini nggak ada promo kan harganya malah naik. Kita terasa harus ngurangin jumlah order ke distributor. Lihat betul stok di toko, nggak bisa beli untuk nyetok. Toko-toko di Mangga Dua juga pada ngeluh dolar tinggi,” terangnya.

(rrd/rrd)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*