Dolar AS Tembus Rp 13.200, Bank Mandiri Gelar Stress Test

Jakarta -Di tengah tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melakukan berbagai antisipasi untuk tetap menjaga stabilitas keuangannya. Di antaranya dengan melakukan uji ketahanan (stress test) bila rupiah melemah lebih dalam.

“Kita sudah lakukan stress testing kalau misalnya dolar AS ke Rp 14.000 atau ke Rp 15.000, kira-kira nasabah mana yang akan mengalami kesulitan. Jadi kita bisa persiapkan dari sekarang. Kalau perlu di-restructure atau dilakukan sesuatu untuk kondisi keuangannya,” papar Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Mandiri Club, Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Bank Mandiri, lanjut Budi, perlu menjaga dan memperhatikan nasabah-nasabah yang memiliki utang atau kredit dalam bentuk dolar AS.

“Kalau kurs melemah seperti ini yang perlu kita jaga adalah nasabah-nasabah yang punya exposure di dolar. Itu kita mesti jaga,” ucapnya.

Selama ini, kata Budi, pihaknya selalu disiplin dalam menyalurkan kredit kepada para nasabahnya. Bila nasabah meminjam dalam valas, maka pendapatannya juga harus dalam bentuk valas agar tidak terjadi currency missmatch.

“Untungnya Mandiri itu disiplin. Kalau kita kasih kredit dalam dolar, harus income nasabah tersebut dolar juga. Memang ada pengecualian BUMN seperti PLN, tapi itu kan di-back up negara,” tegas dia.

Budi menyebutkan, sejauh ini rasio penyaluran kredit dalam mata uang dolar lebih rendah dibanding Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam bentuk dolar AS yang dikelola Bank Mandiri. Oleh karena itu, likuiditas akan tetap terjaga.

“Sekarang kalau dana valas kita banyak sebenarnya. LDR (Loan to Deposit Ratio) untuk dolar itu 70%, artinya total DPK valas kita jauh lebih besar dibanding total kredit,” terangnya.

Hari ini, dolar AS kala penutupan pasar berada di posisi Rp 13.215. Posisi dolar AS terkuat bahkan mencapai Rp 13.240.

(drk/hds)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*