Dolar AS Sudah Rp 14.700, Bisnis Semen Tak Terganggu

Jakarta -Nilai tukar rupiah masih berada dalam tren melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sekarang dolar AS sudah menembus level Rp 14.700 atau lebih tinggi dibandingkan asumsi pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2015 yang sebesar Rp 12.500.

Dampak dari pelemahan ini ternyata tidak terlalu berdampak terhadap bisnis semen. Pasalnya, komponen yang terkait dengan kebutuhan dolar tidak begitu besar. Hanya berkisar 5-7% untuk mengimpor suku cadang dan kertas pembungkus semen.

“Pengaruh dolar terhadap biaya dan itu, sebenarnya sebagian besar semen itu bahan bakunya materialnya berasal dari dalam negeri. Jadi pengaruh dolar itu hanya berkisar 5-7% seperti beli spare part, kemudian beli kertas, dan seterusnya,” ungkap Direktur Utama PT Semen Indonesia Tbk di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (28/9/2015)

Harga komponen tersebut menurut Suparni juga tidak terlalu tinggi. Karena permintaan secara global menurun, harga jual pun cenderung turun dibandingkan tahun sebelumnya. Sehingga tekanan terhadap biaya operasional bisa berkurang.

“Kenaikannya juga tidak terlalu tajam, karena konsumsi di dunia juga turun maka harga pembelian kertas itu juga minta turun, jadi tidak signifikan,” jelasnya.

Berdasarkan laporan keuangan SMGR semester 1-2015, labanya turun sekitar 5,69% menjadi hanya Rp 2,193 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2,762 triliun. Laba per saham BUMN semen ini juga ikut turun dari Rp 464 per saham menjadi hanya Rp 368 per saham di semester I-2015.

Penurunan laba tersebut karena pendapatan perseroan di semester I-2015 juga turun menjadi hanya Rp 12,640 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 12,885 triliun. Sementara beban pokok pendapatan tercatat naik dari Rp 7,149 triliun menjadi Rp 7,634 triliun di semester I-2015.

Sehingga laba bruto pun merosot menjadi hanya Rp 5,005 triliun di semester I-2015 dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan keuntungan kotor Rp 5,735 triliun. Sedangkan beban penjualan tercatat turun menjadi Rp 1,240 triliun di semester I-2015 dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,319 triliun.

(mkl/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*