“Dipersepsikan oleh para trader mata uang bahwa Asia Tenggara ini ada sedikit masalah dengan bom di Thailand, gonjang-ganjing politik di Malaysia, Vietnam juga baru saja mendevaluasi mata uangnya, jadi tekanan terhadap rupiah memang tidak mudah pada hari-hari ini,” papar Bambang usai rapat dengan Badan Anggaran di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (19/8/2015).
Dia menyatakan, tekanan terhadap rupiah saat ini murni berasal dari faktor-faktor eksternal, bukan dari dalam negeri, sehingga amat sulit untuk dihadapi. Tekanan terberat yang harus dihadapi rupiah adalah perang mata uang dimana banyak negara, misalnya China, sengaja menurunkan nilai mata uangnya untuk menggenjot daya saing ekspor.
“Kalau (faktor) internal tidak ada, ini benar-benar pure dari eksternal yang dimulai dari devaluasi mata uang,” tukasnya.
Sebagai informasi, menurut data Jakarta Interspot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar pada 18 Agustus kemarin melemah 68 poin.
(mkl/ang)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
—
Distribusi: finance.detik
Speak Your Mind