Dolar AS Melemah di Perdagangan Asia

INILAHCOM, Tokyo – Kurs dolar AS melemah di perdagangan Asia, Jumat (27/02/2015). Itu setelah data inflasi AS menguat, menunjukkan meningkatnya tekanan harga beberapa sektor ekonomi di Amerika Serikat, yang bisa memudahkan jalan bagi The Fed menaikkan suku bunganya.

Pada perdagangan sore di Tokyo, dolar melemah menjadi 119,17 yen dari 119,42 yen di New York, Kamis (26/02/2015) sore. Namun itu masih lebih tinggi dari 118,97 yen yang terlihat di Tokyo, Kamis (26/02/2015) pagi.

Euro naik menjadi US$1,1213, dari 1,1198, tetapi merosot menjadi 133,62 yen dari 133,72 yen di perdagangan AS.

Sementara penurunan harga minyak mentah terus memperlemah inflasi secara keseluruhan di AS, data dari Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis mengungkapkan tekanan sedang meningkat di sejumlah bidang, termasuk tempat hunian dan perawatan pribadi.

“Pemulihan tajam dalam dolar AS selama perdagangan di luar negeri semalam (Kamis) terutama akibat data inflasi AS,” jelas National Australia Bank dalam satu komentar.

Penyiasat Deutsche Bank Daniel Brehon mengatakan data (inflasi) yang menunjukkan sedikit antusias itu masih bisa memicu harapan untuk kenaikan suku bunga, yang merupakan nilai tambah untuk dolar.

“Mengingat bahwa kejutan inflasi telah negatif di seluruh dunia, apa pun di atas konsensus adalah tanda untuk optimisme dan tanda untuk suku bunga lebih tinggi di AS,” papar dia kepada Bloomberg News.

Pasar telah penuh dengan spekulasi kapan tepatnya tahun ini bank sentral AS akan mulai menaikkan suku bunganya. Namun, dalam dua hari kesaksiannya kepada Kongres AS, Ketua Fed Janet Yellen mengatakan bank sentral tidak akan terburu-buru dan terlihat mengesampingkan untuk menaikkan suku bunga sebelum Juni.

Yen bervariasi setelah data resmi menunjukkan bahwa tingkat inflasi Jepang jatuh ke tingkat terendah sejak Mei 2013 ke tingkat yang terakhir terlihat setelah Tokyo meluncurkan serangan yang bertujuan untuk menaklukkan deflasi bertahun-tahun dan pertumbuhan yang mengecewakan.

Disesuaikan dengan kenaikan pajak penjualan tahun lalu, indeks harga konsumen inti hanya naik 0,2 persen dari setahun sebelumnya, Januari 2015 terendah sejak tingkat nol persen pada Mei 2013, setelah tumbuh 0,5 persen pada Desember 2014, jauh dari target inflasi bank sentral Jepang (BoJ) 2,0 persen. .

Data harga resmi yang mengecewakan meragukan klaim Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda bahwa inflasi pada tren kenaikan, dan meningkatkan kemungkinan bahwa BoJ akan melepaskan lebih banyak stimulus untuk melawan krisis, yang cenderung akan melemahkan yen. Namun, Kuroda mengatakan, “Karena dampak dari penurunan harga dalam minyak mentah pada basis tahun ke tahun menghilang, inflasi dua persen kemungkinan akan tercapai.”

Dolar bervariasi terhadap mata uang Asia-Pasifik. Unit AS merosot menjadi 44,08 peso Filipina dari 44,09 peso pada Kamis, menjadi 1.098,90 won Korea Selatan dari 1.099,98 won, menjadi 61,82 rupee India dari 61,95 rupee dan menjadi 32,36 baht Thailand dari 32,44 baht.

Namun greenback naik menjadi Rp12.886,90 dari Rp12.866,00, menjadi 1,3570 dolar Singapura dari 1,3535 dolar Singapura dan menjadi 31,47 dolar Taiwan dari 31,44 dolar Taiwan. Dolar Australia turun menjadi 77,94 sen AS dari 78,56 sen AS, sementara yuan Tiongkok tidak berubah di 19,00 yen. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*