Dolar AS Melambung, Omzet Ekspor BUMN Ini Naik

Jakarta -Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menambah beban banyak perusahaan, terutama yang selama ini mengandalkan bahan baku impor. Hal berbeda dialami PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)

SMGR meraup untung akibat pelemahan nilai tukar rupiah. Sebab ada peningkatan pendapatan dari ekspor sampai 30% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

“Kira-kira (nominal pendapatan ekspor) naik sekitar 30% yoy. Dalam situasi pelemahan rupiah maka ekspor cukup menarik dari sisi penerimaannya,” ungkap Direktur Utama Semen Indonesia Suparni di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (28/9/2015)

Porsi ekspor memang tidak terlalu besar, karena penjualan di dalam negeri masih menjadi prioritas bagi Semen Indonesia. Namun volume ekspor sengaja ditingkatkan, karena penjualan semen pada semester I turun drastis. Ekspor ditujukan ke Australia, Bangladesh, Srilanka, Papua Nugini, Timor leste, Singapura dan beberapa negara di Afrika, dan Timur Tengah.

“Jadi ekspor itu mulainya agak sedikit terlambat, jadi konsumsi semen di bulan Januari itu masih baik, Februari masih cukup baik, Maret mulai turun kemudian April. Pada waktu domestik itu mulai turun kita mulai melakukan negosiasi ekspor dan itu didapatkan kapal sekitar 1,5 bulan-3 bulan, maka kita mau ekspor tapi terlambat, karena perlu negosiasi kesepakatan kapal dan seterusnya,” jelas Suparni.

Skema ekspor memang bersifat tentatif. Artinya bila ada kelebihan produksi dari kebutuhan dalam negeri maka baru kemudian diekspor. Tahun ini produksi SMGR diproyeksi mencapai 28,5 juta ton atau sama seperti 2014. Porsi ekpor hanya sekitar 5-6%

“Makanya kita tidak buat kontrak jangka panjang, kita spot. karena kan utamanya itu menyuplai dalam negeri. istilahnya jangan sampai proyeknya kurang semen. Kelebihan kapasitas kita kan nggak banyak ya. Jadi sebenarnya sih kalau tumbuh 4-5%, kapasitas kita sudah impas saja,” tukasnya.

Mesi demikian, laba perusahaan di semester I masih turun sekitar 5,69% menjadi hanya Rp 2,193 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2,762 triliun. Laba per saham BUMN semen ini juga ikut turun dari Rp 464 per saham menjadi hanya Rp 368 per saham di semester I-2015.

(mkl/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*