Dolar AS Hilang Daya, Rupiah Terangkat

INILAHCOM, Jakarta Dalam sepekan terakhir, rupiah mampu mendarat di zona positif seiring dolar AS yang kehilangan daya pacunya. Pasalnya, data tenaga kerja dan manufaktur AS menunjukkan angka yang negatif.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI), dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah menguat 47 poin (0,37%) ke posisi 12.593 per Jumat (16/1/2015) dibandingkan akhir pekan sebelumnya di posisi 12.640.

“Rupiah tercatat menguat sepekan kemarin. Akankah bertahan? Mulai berkurangnya sentimen rilis hasil the Federal Open Market Committee (FOMC) meeting memberikan kesempatan pada rupiah untuk dapat menguat karena laju dolar AS sedang berkurang daya pacunya,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (18/1/2015).

Rilis pelemahan pada non-farm payrolls dan manufacturing payrolls AS memberikan sentimen negatif pada dolar AS dan memicu pelemahan nilai tukarnya. “Meski nilai tukar yuan menguat seiring meningkatnya ekspor China, tidak diimbangi dengan pergerakan Euro dan Poundsterling yang malah menunjukkan pelemahannya,” ujarnya.

Turunnya data Jerman dan Italia yang dibarengi dengan rilis masih rendahnya tingkat inflasi Inggris memberikan tekanan negatif bagi kedua mata uang tersebut. “Dengan pelemahan Euro dan Poundsterling kembali dimanfaatkan dolar AS untuk kembali menguat dan tentunya berimbas negatif pada rupiah,” papar dia.

Di lain hari, nilai tukar rupiah mampu berbalik positif di tengah ekspektasi akan adanya kenaikan suku bunga BI rate. “Masih adanya kecenderungan pelemahan pada data-data makroekonomi Indonesia, terutama tren pelemahan rupiah yang dikhawatirkan akan berlanjut memberikan spekulasi BI akan kembali menaikkan BI rate untuk meredam data-data negatif tersebut,” papar dia.

Selain itu, penguatan rupiah juga didukung penguatann Yen setelah terindikasi peralihan dari komoditas ke mata uang yang dinilai stabil. “Setelah bergerak positif, laju rupiah kembali tertekan seiring belum dirilisnya level BI rate saat itu membuat dorongan terhadap laju rupiah kian berkurang,” ucap Reza.

Di sisi lain, masih cenderung melemahnya harga minyak mentah dunia yang berimbas pada harga-harga komoditas membuat pelaku pasar cenderung beralih ke mata uang safe heaven, yang salah satunya dolar AS,” katanya.

Setelah rilis penurunan harga BBM hingga harga semen, laju rupiah mampu berbalik positif seiring penilaian pelaku pasar nantinya. “Imbas penurunan tersebut akan dapat membuat harga-harga sejumlah bahan pokok menurun sehingga inflasi dapat dikendalikan. Meskipun kami menilai tidak semudah itu para pedagang menurunkan harga jualnya,” tuturnya.

Apalagi, Reza menegaskan, rilis berita tetapnya suku bunga BI rate turut direspons positif seiring tidak terlalu reaktifnya BI menanggapi sentimen yang ada.

Padahal laju Yuan dan Euro sedang melemah, terutama setelah Bank Sentral Swiss membatalkan kebijakannya untuk mencegah penguatannnya terhadap Euro. “Kebetulan juga laju dolar AS sempat melemah setelah merespons peningkatan klaim pengangguran sehingga dapat dimanfaatkan Rupiah untuk menguat,” imbuhnya.

Arah berikutnya, Reza memperkirakan, laju rupiah akan berada dalam kisaran support-resisten Rp12.605-12.589 berdasarkan kurs tengah BI. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*