Depresiasi Kurs Tekan Kinerja XL

Jakarta – PT XL Axiata Tbk (EXCL) meraup pendapatan sebesar Rp 5,48 triliun selama kuartal I-2015, turun tipis 0,5 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp 5,51 triliun. Emiten telekomunikasi ini pun menderita kerugian sebesar Rp 758,07 miliar, dibanding kuartal I-2014, ketika perseroan masih membukukan laba bersih Rp 378,98 miliar.

Pertumbuhan pendapatan yang mendatar disebabkan penjualan dan penyewaan kembali 3.500 menara telekomunikasi XL di akhir 2014.

Sementara, kerugian yang dialami XL dipicu oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Tanpa menghitung dampak dari transaksi forex yang belum direalisasikan serta hasil pajak, XL hanya mencatat kerugian Rp 79 miliar.

XL mengalami kerugian selisih kurs sebesar Rp 1,05 triliun, dibanding dengan periode kuartal I-2014, ketika perseroan masih meraup keuntungan selisih kurs Rp 477,6 miliar.

Per 31 Maret 2015, Laba sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi dan Amortisasi (EBITDA) XL menurun 15 persen dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 1,9 Triliun dengan marjin EBITDA sebesar 34 persen. Penurunan EBITDA ini merupakan dampak adanya integrasi dengan Axis. XL merampungkan proses akuisisi Axis pada 19 Maret 2014.

Presiden Direktur XL Dian Siswarini menerangkan, untuk merespon dinamika industri dan pasar yang demikian cepat, XL segera berbenah dengan melakukan transformasi untuk memperkuat kelangsungan bisnis perusahaan secara berkesinambungan di masa mendatang.

“Perusahaan menerapkan strategi dual brand XL dan Axis untuk memenuhi kebutuhan segmen pasar yang berbeda,” jelas Dian dalam rilisnya, Rabu (6/4).

Selama kuartal I-2015, pendapatan layanan selular XL tercatat sebesar Rp 5,24 triliun, naik 3 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp 5,08 triliun.

Sementara pendapatan dari layanan data dan layanan nilai tambah (VAS) tumbuh signifikan 31 persen, dari Rp 1,27 triliun, menjadi Rp 1,66 triliun. Trafik layanan data bertumbuh 92 persen, dari 22 petabyte menjadi 42,4 petabyte.

Selama kuartal I-2015, XL menyerap belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 769 miliar, dari total capex tahun ini Rp 7 triliun. XL menggunakan capex untuk memperluas infrastruktur layanan data dan mobile.

Pada tiga bulan pertama 2015, total hutang XL mengalami peningkatan menjadi Rp 30,26 triliun dari Rp 28,39 triliun pada akhir kuartal empat tahun lalu, sehingga hutang bersih/EBITDA berkurang dari sebelumnya 2,9kali menjadi 2,8 kali. Per 31 Maret, XL telah melunasi utang sebanyak Rp 50 miliar dan US$ 26 juta. XL melakukan lindung nilai (hedge) sebesar 62 persen dari total utang valasnya.

Tahun ini, kata Dian, XL fokus kepada agenda transformasi yang mencakup tiga hal, yaitu memperbaiki bisnis inti selular (revamp), meningkatkan value bagi pelanggan (rise) serta menghasilkan bisnis-bisnis baru non selular (reinvent).

Investor Daily

Farid Nurfaizi/FMB

Investor Daily


Distribusi: BeritaSatu – Pasar Modal

Speak Your Mind

*

*