Demonstrasi 212 Bisa Jungkirkan IHSG

INILAHCOM, Jakarta – Analis PT Schroder Investment Management Indonesia menilai, aksi demonstrasi terkait penistaan agama yang melebar ke ranah politik turut menjadi katalis negatif dari domestik. Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di penghujung 2016 pun berada dalam tekanan negatif yang hebat.

Menurut Chief Executive Officer Schroders, Michael T Tjoajadi, berlarut-larutnya aksi demonstrasi telah memberikan dampak negatif bagi pergerakan IHSG di pengujung tahun ini, bahkan akan berimplikasi buruk terhadap ekonomi dalam negeri secara umum.

“Demonstrasi yang berlanjut terus, tentu sangat mempengaruhi IHSG dan ekonomi kita. Tanpa violent saja, demonstrasi itu mempunyai dampak negatif, apalagi jika selanjutnya demonstrasi itu terjadi violent,” kata Michael di Jakarta, akhir pekan lalu.

Dia mengungkapkan, sejauh ini aksi demonstrasi yang berlangsung beberapa waktu terakhir di DKI Jakarta telah memberikan impact yang buruk terhadap beberapa sektor bisnis secara nasional. “Sentimen negatif itu sekarang sudah berpengaruh ke mana-mana, contohnya sektor properti,” ucap Michael.

Michael menyebutkan, saat ini sektor properti banyak yang melakukan aksi menunggu dan menunda pengerjaan proyek terkait upaya mencari kepastian pasar pasca berlangsungnya sejumlah aksi demonstrasi. “Aksi demonstrasi mendatang (2 Desember 2016) juga akan memberikan pengaruh sangat negatif bagi ekonomi,” tegasnya.

Sementara itu, kata dia, sentimen negatif dari global yang memengaruhi laju IHSG pada pengujung 2016 lebih dipengaruhi oleh terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden AS.

“Fluktuasi sejumlah bursa saham, termasuk di Indonesia, terjadi sangat besar sejak pemilihan presiden Amerika. IHSG saja sempat langsung melemah lebih dari 100 poin,” ucap Michael.

Dia mengungkapkan, sentimen negatif Trump untuk negara-negara lain juga terjadi di pasar valuta asing maupun pasar surat utang. Di pasar forex, bukan cuma rupiah yang melemah, hampir seluruh mata uang dunia melemah terhadap dolar AS. “Politik di AS telah menjadi global impact yang negatif bagi negara lain,” katanya.

Dia berharap, kepemimpinan Trump di AS tidak memicu praktik perang dagang terkait rencana AS yang akan menaikkan tarif impor. Selain itu, Michael berharap pemerintah Indonesia mempercepat belanja modal dan belanja barang, karena 60 persen pertumbuhan ekonomi nasional ditopang konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*