Data inflasi membawa angin segar bagi euro

Data inflasi membawa angin segar bagi euro

Euro mulai berusaha rebound terhadap dolar setelah data inflasi zona euro yang menghidupkan kembali kepada spekulasi Bank Sentral Eropa untuk melonggarkan kebijakan dalam mencegah deflasi. Kekhawatiran tentang pelarian modal dari negara-negara berkembang juga membuat investor beralih dari aset berisikoyang mendukung pergerakan yen sebagai mata uang yang mempunyai yield yang tinggi .

Euro diperdagangkan di $ 1,3489 diawal perdagangan, bergerak tidak jauh dari harga terendahnya dihari Jumat di $ 1,3479. Sedangkan terhadap yen, euro mencapai titik terendahnya dalam dua bulan di ¥ 137,38 dimana analis memprediksikan sebagai sinyal bearish utama .

Katalis terbaru untuk euro adalah data inflasi zona euro yang rilis dihari Jumat lalu, yang menunjukkan pelonggaran menjadi 0,7% pada bulan Januari dimana angka terendah menyentuh pada bulan Oktober, yang diperkirakan kenaikan pada bulan ini menjadi 0,9% dari 0,8% pada Desember.

Data tersebut mendorong spekulasi Bank Sentral Eropa dapat mempertimbangkan beberapa bentuk pelonggaran moneter pada pertemuan kebijakan pada hari Kamis nanti. Meskipun Presiden ECB Mario Draghi mengatakan deflasi pada bulan Januari tidak mengancam zona euro, beberapa negara anggotanya sudah menderita deflasi dan IMF telah memperingatkan deflasi adalah risiko potensial. Harapan akan inflasi zona euro diperlambat pada bulan depan menjadi 0,6% dan tinggal di bawah satu persen pada bulan Maret . kemungkinankebijakan suku bunga pada Kamis nanti akan naik.

Sebaliknya data konsumen AS cukup kuat, diperkuat oleh pandangan ekonomi AS terhadap gejolak pasar yang muncul yang memungkinkan Federal Reserve untuk terus mengurangi stimulus, dan menjaga indeks dolar mendekati level tertinggi dua bulan. Indeks dolar berada di 81,271 yang turun dari 81,388.

Penguatan Yen juga dibantu oleh aksi beli investor yang tetap waspada terhadap mata uang negara berkembang . Dimana sejak akhir bulan lalu prospek pengurangan stimulus moneter AS dan pertumbuhan yang lebih lambat di Cina telah meningkatkan kekhawatiran pelarian modal di beberapa negara berkembang yang bergantung pada modal asing .

facebookgoogle_plusredditpinterestlinkedinmail


(Sumber : http://financeroll.co.id/feed/ )

Speak Your Mind

*

*