Data China-Korsel Sebabkan Rupiah Menyerah

INILAHCOM, Jakarta Pelemahan data-data ekonomi China dan Korea Selatan telah menekan nilai tukar mata uang masing-masing terhadap dolar AS. Rupiah pun terkena getahnya setelah kenaikan kurang 8,4%.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI), niliar tukar rupiah dalam sepekan terakhir melemah 13 poin (0,09%) terhadap dolar AS ke posisi 13.534 pada pekan yang berakhir Jumat, 16 Oktober 2015 dibandingkan akhir pekan sebelumnya di level 13,521, per Jumat, 9 Oktober.

Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengatakan, masih melemahnya laju indeks dolar AS di awal pekan memberikan sentimen positif pada laju sejumlah mata uang emerging market, termasuk rupiah. “Akan tetapi, penguatan yang terjadi mulai menunjukan terbatas seiring kenaikan yang cukup kencang dalam beberapa hari terakhir sebelumnya,” katanya kepada INILAHCOM, di Jakarta, Minggu (18/9/2015).

Sentimen yang mewarnai laju rupiah tersebut masih sama seperti di pekan sebelumnya di mana masih tingginya ekspektasi pelaku pasar akan realisasi tidak hanya kebijakan Bank sentral (BI) namun, juga kebijakan pemerintah; penguatan laju harga komoditas; hingga masih berlanjutnya penguatan sejumlah mata uang Asia.

Meski laju indeks dolar AS di pasar spot global sedang mengalami pelemahan, tidak mampu membuat laju rupiah dapat bertahan di zona hijaunya. Adanya rilis pelemahan data-data di Asia seperti pelemahan export-import price Korea Selatan hingga penurunan exports-imports Tiongkok berujung pada pelemahan sejumlah mata uangnya.

Kenaikan dolar AS atas sejumlah mata uang membuatrupiah akhirnya menyerah setelah mengalami kenaikan kurang lebih 8,4%.

Apakah imbas dari kebijakan 1-3 yang telah dirilis dan pengumuman Paket Kebijakan 4 yang dirilis masih dapat menopang rupiah? “Mungkin bisa namun, untuk saat ini pelaku pasar lebih meresponssentimen yang ada di depan mata terkait dengan kembali melemahnya sejumlah mata uang Asia sehingga untuk sementara sentimen dari paket-paket tersebut dilewati,” papar dia.

Pelemahan indeks dolar AS di pasar spot valas globalseiring masih melemahnya data-data AS masih berlanjut. Pelemahan data AS antara lain pertumbuhan penjualan ritel yang di bawah estimasi memberikan kesempatan pada sejumlah mata uang regional untuk dapat menguat.

Rupiah pun turut terbantukan dengan kondisi tersebut sehingga dapat berbalik menguat. Apalagi rilis neraca perdagangan kembali tercatat surplus.Meski pertumbuhan ekspor dan impor tercatat turun dari sebelumnya namun, tidak terlalu direspons negatif.

Kenaikanindeks kurssejumlah mata uang terhadap dolar AS membantu rupiah untuk berbalik menguat. Di akhir pekan, dengan penguatan laju dolar AS, rupiah pun akhirnya mengalami pelemahan di tengah harapan masih akan berlanjutnya tren penguatan.

Laju rupiah sempat berada di atas target resisten 13.400. Arah berikutnya, mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar rupiah berpeluang melaju dalam kisaran support dan resisten 13.625-13.320. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*