Dana Asing Masuk, Rupiah Kokoh

INILAHCOM, Jakarta-Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah berhasil mencatatkan keaikan seiring masuknya dana asing ke pasar domestik terutama ke pasar modal melalui obligasi. Seperti apa?

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam sepekan terakhir ditransaksikan menguat 39 poin (0,29%) ke posisi 13.048 pada pekan yang berakhir Jumat (18/3/2016) dibandingkan akhir pekan sebelumnya di angka 13.087 pada Jumat (11/3/2016).

“Penguatan laju rupiah masih berlanjutsepanjang pekan lalu,” kata Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (20/3/2016).

Laju rupiah kembali bergerak melanjutkan penguatannya walau mulai terbatas. “Penguatan ini kembali dipicu oleh masuknya dana asing ke pasar modal Indonesia khususnya Obligasi,” ujarnya.

“Masuknya dana asing karena asumsi aliran dana asing yang kembali masuk ke Indonesia kembali deras setelah European Central Bank (ECB)kembali memangkas Deposit rate nya ke area negatif yang lebih dalam, yakni -0.4%.”

Alhasil, 2 Bank Sentral dunia kini telah menerapkan Negative Interest Rate Policy (NIRP) dari sebelumnya Zero Rate Policy (ZRP).

Namun demikian, meski secara domestik fundamental perekonomian Indonesia sudah mulai pulih, risiko tetap ada bagi rupiah. “Risiko itu muncul jika melihat data ekonomi Tiongkok yang masih melambat, serta kenaikan inflasi AS yang bisa mengangkat peluang FFR untuk naik secara bertahap pada tahun ini,” tuturnya.

Apalagi, lanjut Reza, laju dolar AS sempat kembali mengalami kenaikan di tengah penantian terhadap langkah selanjutnya dari ECB sehingga membuat laju Euro sedikit tertekan. “Harapan laju Rupiah menuju level resisten di Rp13.000-an per dolar AS tidak terwujud di mana berbalik melemah seiring terlibas oleh penguatan laju dolar AS,” papar dia.

Rupiah sempat berbalik melemah setelah menguat dalam beberapa hari terakhir. “Pelaku pasar di perdagangan valuta asing terlihat melakukan aksi profit taking sama seperti di pasar ekuitas dimana keadaan seperti ini kembali dijadikan momentum oleh para investor,” ucapnya.

Meski dirilisnya Neraca Perdagangan Indonesia yang surplus bahkan diatas ekspektasi konsensus, data ekonomi tersebut belum mampu untuk menahan pelemahan rupiah.

Sebelumnya, penguatan Rupiah saat ini merupakan yang terkuat sejak Juli2015. Pemangkasan outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia 2016 menjadi 5,1% oleh Bank Duniaturut mendukung pelemahan rupiah.

Masih melemahnya laju Rupiah juga seiring dengan belum menguatnya sejumlah mata uang terhadap laju USD.”Laju USD menguat menjelang pengumuman bank sentral AS Federal Reserve (FOMC),” kata Reza.

Pasar mencari sinyal untuk kepastian The Fed yang diasumsikan akan kembali menaikkan bunganya. Terlihat pelaku pasar fokus pada keadaan ekonomi baik dalam dan luar negeri.

Tetapi, pernyataan Menko Perekonomian, Darmin Nasution, yang ingin menurunkan Tingkat Suku Bunga demi menjaga volatilitas Rupiah ternyata membuat pelaku pasar kembali dilanda kecemasan. “Keadaan itu membuat Rupiah kembali melemah meski sebelumnya dirilis Neraca Perdagangan Indonesia yang surplus US$1,1 miliar di bulan Februari,” ungkap Reza.

Pasca pengumuman The Fed yang masih mempertahankan tingkat suku bunga Fed rate, membuat laju dolar AS tertahan kenaikannya. “Kondisi ini dimanfaatkan mata uang lainnya untuk berbalik menguat setelah tergilas laju dolar AS sebelumnya,” ucapnya.

Di sisi lain, banyak pelaku pasar yang berharap akan adanya penurunan BI rate untuk membantu pemulihan ekonomi dalam negeri sehingga turut membantu rupiah berbalik positif.

Laju Rupiah meski sempat melemah namun, sepanjang pekan kemarinmasih menguat.Laju Rupiah juga sempatmelampaui target area resisten13.100.

Arah berikutnya, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar rupiah berpeluang melaju dalam kisaran support dan resisten 13.244-13.080. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*