Copet Juga Bertebaran di Tanah Suci, Jangan Bawa Uang Berlebih

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ekasanti Anugraheni

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA –  Sepekan jelang pemberangkatan haji DIY, jasa pertukaran uang laris diserbu calon jamaah haji yang menukarkan rupiah ke mata uang Arab saudi, real. Sementara itu, Kemenag DIY mengimbau agar calon jamaah haji tak membawa uang berlebih ke tanah suci.

“Di tanah suci ada juga copet. Beberapa kali ada juga yang kehilangan uang, direbut atau ditipu,” kata Kabid Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) DIY Nurudin kepada Tribun Jogja, Jumat (29/8).

Karenanya, Kemenag maupun Kelompok Bimbingan Jamaah Haji (KBIH) selalu mengingatkan agar calon jamaah haji ini waspada. Jangan mudah percaya dengan orang yang tak dikenal. Dalam membawa uang pun, sebaiknya dibagi dalam beberapa kantong yang berbeda. Misalnya sebagai di tas pinggang, di koper, di saku celana. Kalau uang yang dibawa lebih dari 3.000 real, bisa juga dititipkan di rumah pemondokan haji (maktab). “Tak perlu risau, di sana juga banyak jasa penukaran uang,” imbuhnya.

Penyelenggara haji, biasanya sudah memberikan uang saku (living cost) dalam bentuk real kepada masing-masing calon jamaah haji. Besarannya 1.500 real, dicuplik dari total biaya yang dibayarkan masing-masing calon jamaah haji. Penentuan uang saku itu sudah berdasarkan riset kebutuhan hidup harian di sana. “Sudah cukup itu kalau untuk biaya hidup 25 hari di tanah suci,” ungkap Nurudin.

Berdasarkan perhitungan Kemenag, living cost yang diberikan itu untuk uang makan sekitar 20 real perhari selama 25 hari di tanah suci. Kemudian, untuk pembayaran dam 475 real. Dam ini biasa dibayarkan oleh para jamaah haji tamattu, yang kebanyakan ialah orang Indonesia. Uang pembayaran dam itu untuk membeli dan menyembelih hewan kurban di sana.

“Besaran uang saku itu tak pernah berubah selama beberapa tahun terakhir, 1.500 real. Cukup untuk biaya hidup, kan pemondokan dan transport sudah ditanggung. Tapi memang tak cukup jika untuk belanja oleh-oleh,” terang Nurudin.

Pantauan Kemenag, jamaah haji biasanya membawa uang berlebih untuk berbelanja oleh-oleh. Tapi, Kemenag juga sudah berulang kali mengimbau agar jamaah haji tak belanja berlebihan mengingat tujuan ke tanah suci adalah ibadah. Lagipula, barang belanjaan yang terlalu banyak justru akan mempersulit jamaah sendiri. Ada batasan maksimal bawaan dalam pesawat. Jadi, oleh-oleh harus dikirimkan via kargo. “Toh di Indonesia sudah banyak toko oleh-oleh haji. Produk yang dijual di tanah suci pun banyak yang bikinan China atau Indonesia,” terangnya.
Lebih jauh Nurudin menjelaskan, khusus dari DIY ada sekitar 2.456 calon jamaah yang diberangkatkan mulai 9-11 September 2014. Mereka akan terbagi dalam 6,5 kloter, yakni kloter 23-29.

Dari total calon jamaah haji yang diberangkan, sekitar 690 orang diantaranya merupakan lansia berusia lebih dari 60 tahun. Mereka ini biasanya sudah ditemani pendamping untuk mengantisipasi kesehatannya maupun potensi penipuan di sana.

Calon jamaah terbanyak dari kalangan usia 51-60 tahun sebanyak 907 orang. Diikuti usia lansia 690 orang dan usia 41-50 tahun, 623 orang. Calon jamaah haji termuda di DIY, usia 18-20 tahun hanya ada 7 orang. “Saat ini agendanya tinggal pemantaban keberangkatan dari masing-masing jamaah. Bimbingan sudah selesai,” terangnya.

Ribuan calon jamaah haji ini diagendakan menggelar pamitan dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Selasa (2/9) pukul 11.00 WIB di Bangsal Kepatihan. “Acara pamitan haji kali ini akan dimeriahkan oleh group sholawat Kanjeng Anom Yogyakarta. Setelah pamitan, calon jamaah masih punya waktu sepekan untuk persiapan keberangkatan,” kata Kabag Humas Setda DIY, Iswanto. (esa)


Distribusi: Tribun Jogja

Speak Your Mind

*

*