Cina Perlonggar Moneter, Uji Efektifitas Kebijakan Kredit

shadow

Cina - Li Kegiang

FINANCEROLL – Pada kuartal terakhir, Cina telah memperlonggar kebijakan moneternya pada laju yang paling cepat selama hampir dua tahun terakhir ini. Langkah ini dilakukan Beijing untuk menguji sejauh mana efektifitas kredit bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut.

Indek Kondisi Moneter Cina, sebagaimana dikabarkan oleh Bloomberg yang menguji tingkat rata-rata pinjamanm suku bunga nyata dan nilai tukar  telah mengalami kenaikan sebesar 6.71 poin ke angka 82.81 di kuartal kedua dari tiga kuartal sebelumnya. Ini merupakan kenaikan yang tajam sejak periode Juli-September pada 2012, dan May and June’s numbers the first back-to-back readings above 80 since January 2012.

Pinjaman dalam mata uang lokal Yuan pada bulan Juli ini diperkirakan akan mencapai angka tertingginya sebagaimana diperkirakan oleh Bloomberg sebelum data resmi ditunjukkan pemerintah Cina pada 15 Agustus nanti. Jumlah yang tinggi ini akan membuat para pejabat pemerintah lebih hati-hati the credit spigot open meski angka resiko kredit memuncak pula. Disisi lain, laju konsumsi masih rendah dan dibawah harapan pemerintah Cina sehingga membuka ruang bagi munculnya kebijakan lunak lainnya. Data ekonomi terbaru akan menegaskan arah kebijakan ekonomi Cina lebih lanjut.

Resiko inflasi dan keuangan memang mengkhawatirkan bank sentral Cina, namun demikian pemerintah lebih mengkhawatirkan pertumbuhan ekonomi dan angkatan kerja Cina. Pertumbuhan ekonomi Cina memang diyakini melambat, namun juga bisa menguat kembali di semester kedua ini sehingga memberikan dukungan bagi bank sentral Cina untuk menahan kebijakan kredit dan likuiditas lebih lanjut.

Dilain pihak, Perdana Menteri Li Keqiang menyatakan keinginannya untuk memangkas ongkos pembiayaan atas sejumlah sector untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Cina lebih baik. Bank Sentral memang akan berada dibawah tekanan, namun tidak perlu meningkatkan kredit, namun lebih utama menurunkan biaya kredit tersebut, tambah Ding said.

Setidaknya dalam catatan Bloomberg, bahwa tiap dolar AS kredit yang dikucurkan akan menambah 20 sen dalam PDB 2014 dikuartal pertama 2014 ini. Bandingkan dengan 29 sen di tahun 2012 dan 2013 serta 83 sen di tahun 2007, saat pasar uang global mengalami kebekuan.

Kenaikan Harga

Data inflasi yang diterbitkan pada 9 Agustus kemarin menunjukkan bahwa kebijakan moneter yang lunak belum memicu kenaikan harga dalam perekonomian Cina secara luas. Indek Harga Konsumen mengalami kenaikan 2.3 persen di bulan Juli dari angka setahun sebelumnya. Ini merupakan pencapaian yang sama dengan bulan Juni dan masih dibawah target pemerintah sebesar 3.5 persen. Indek Harga Produksi turun 0.9 persen, sebagai penurunan yang beruntun dalam 29 bulan ini.

Bloomber pada Juli kemarin memperkenalkan data indek moneter yang mengumpulkan data hingga 2003. Dalam sajiannya, Indek Moneter Cina mencapai puncaknya pada angka 148.02 di bulan November 2009 saat Cina melakukan kebijakan stimulus dengan memasok 4 trilyun Yuan selama periode krisis keuangan global tersebut. Secara tidak langsung, data ini menggambarkan apa yang dilakukan oleh Cina dalam kebijakan moneternya dan kaitannya dengan partumbuhan ekonominya. Dari data tersebut menunjukkan bagaimana pertumbuhan yang terjadi, sebagaimana yang akan berlaku dalam beberapa bulan kedepan juga akan dipicu oleh kondisi-kondisi moneter yang akomodatif pula.

Ukuran-ukuran Sasaran

PM Lie sendiri menyasarkan kebijakan-kebijakan yang lunak ini untuk membantu wilayah-wilayah ekonomi dengan rumah tangga berpendapatan rendah, pertanian, dan usaha-usaha kecil setelah di kuartal pertama menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Pihak PBOC pada 8 Agustus kemarin telah mengumumkan akan melakukan kuota pendiskonan kembali kredit sebesar 12 milyar yuan ($1.9 milyar) untuk mendorong mengalirnya kredit bagi sektor usaha kecil dan pertanian serta membangun sektor-sektor pendukung lainnya. Dalam laporan kuartal kedua yang menjelaskan kebijakan moneternya, dinyatakan bahwa rata-rata tingkat suku bunga pinjaman telah mengalami penurunan sebesar 7.26 persen dibulan Juni dari angka 7.37 persen di bulan Maret.

Dengan demikian, pemerintah Cina telah mencoba untuk berjalan pada jalur yang benar diantara melonggarkan kredit secukupnya guna meningkatkan ekonomi namun juga tidak membuat ledakan kredit selanjutnya.  Pertumbuhan ekonomi Cina dalam satu hingga empat tahun kedepan setidaknya akan tergantung kepada pembaharuan yang dijalankannya saat ini. Pertumbuhan ekonomi Cina mengalami kenaikan ke angka 7.5 persen di periode April – Juni dari periode yang sama di tahun lalu. Pertumbuhan di kuartal ketiga dan keempat diperkirakan akan turun kembali pada angka 7.4 persen.

Hasil Industri

Data ekonomi Cina yang akan diterbitkan dalam minggu ini berasal dari Biro Statistik yang pada Rabu (13/08) akan menerbitkan serangkain data indikasi dampak kebijakan Li tersebut. Pertumbuhan hasil industri Cina dibulan Juli diperkirakan akan sama dengan bulan Juni pada angka 9.2 persen. Ini asih menjadi angka pertumbuhan bulanan yang paling besar sejak Desember silam, sementara nilai investasi tetap tidak termasuk perumahan di pedesaan akan mengalami pertumbuhan hingga 17.4 persen dalam tujuh bulan pertama di tahun ini.

Bank Sentral Cina juga akan mengeluarkan data pada 15 Agustus ini mengenai tingkat pinjaman dalam mata uang lokal, diperkirakan sekitar 780 milyar Yuan pada bulan Juli lalu dan akan menjadi rekor paling tinggi dalam sebulan.  Secara terpisah, Angka agregat pembiayaan yang dilakukan PBOC di bulan Juli mencapai 1.5 trilyun yuan, atau naik 83 persen dibandingkan setahun sebelumnya.

Total hutang mencapai 251 persen dari PDB pada Juni tahun ini, naik sebesar 234 persen dari posisi di tahun 2013 dan naik 160 persen dari tahun 2008, demikian perkiraan dari Standard Chartered. Pinjaman jelek yang menimpa perbankan komersil Cina meningkat ke angka 1.08 persen dari total kredit yang disalurkan pada akhir Juni. Ini merupakan angka yang paling tinggi dalam tiga tahun ini, sebagaimana data yang diumumkan pemerintah Cina.

Pemerintah Cina memang menyasar pertumbuhan ekonominya bisa mencapai 7 persen di tahun ini, dan terus berupaya mencapainya meski kebijakan longgar tersebut bisa membuat inflasi ikut naik. Kecenderungan yang terlihat bahwa di tahun yang akan datang, mereka akan menurunkan pertumbuhannya  mengingat tanpa kebijakan stimulus dan kelonggaran lainnya, Cina akan sulit menjangkau pertumbuhan diatas 7.5 persen. (Lukman Hqeem | @hqeem)


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*