China Jerumuskan Rupiah di Zona Merah

INILAHCOM, Jakarta-Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah tak berkutik melawan keperkasasaan dolar AS. Salah satu pemicunya adalah sentimen negatif dari negeri Tiongkok. Seperti apa?

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI) dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah melemah 128 poin (0,90%) ke posisi 14,306 pada pekan yang berakhir Jumat, 11 September 2015 dibandingkan akhir pekan sebelumnya di angka 14.178 pada Jumat, 4 September 2015.

“Laju rupiah masih bertahan di zona merah,” kata Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (13/9/2015).

Sentimen negatif masih mewarnai laju rupiah yang mengawali pekan kemarin diteritori negatif. “Pelaku pasar pun masih menjauhi Rupiah seiring belum adanya sentimen positif yang hinggap,” ujarnya.

Belum adanya sentimen positif dari dalam negeri dan cenderung melemahnya sejumlah mata uang Asia memberi tekanan negatif pada rupiah. “Pelemahan sejumlah mata uang Asia dipicu spekulasi akan diperketatnya aturan transaksi, terutama saham dan valasdi Tiongkok,” papar dia.

Sentimen tersebut diperparah dengan rilis penurunan cadangan valas Tiongkok sebesar US$93,9 triliun menjadi US$3,56 triliun.”Penurunan cadangan valas yang dipersepsikan untuk menstabilisasi laju Yuan setelah didevaluasi memberikan sentimen negatif pada laju mata uang Asia, termasuk rupiah,” ungkap dia.

Tidak hanya itu, nilai tukar dolar AS pun kembali melonjak setelah mata uang Yen dan Swissfranc mengalami penurunan. “Bahkan adanya ekspektasi akan penurunan cadangan devisa RI turut menambah sentimen negatif,” timpal dia.

Meski laju IHSG sempat mengalami kenaikan, tampaknya tidak berimbas pada laju rupiah yang masih tetap nyaman berada di zona merah. Pelaku pasar masih belum melihat adanya sentimen positif yang hinggap pada rupiah. “Apalagi laju mata uang Asia masih mengalami pelemahan sehingga tidak memberikan imbas yang baik pada laju rupiah,” tuturnya.

Penurunan sejumlah mata uang Asia dipicu responsnegatif pada data-data ekonomi Asia dari Jepang dan Tiongkok yang dirilis turun. “Rilis kenaikan neraca perdagangan Jerman justru ditanggapi negatif pada laju Euro sehingga memberikan imbas negatif pada rupiah,” kata dia.

Adanya harapan akan adanya pemberian paket stimulus dari pemerintahan Tiongkok untuk meredakan gejolak pasar memberikan sentimen positif pada laju mata uang Asia. Rupiah pun memanfaatkan kondisi tersebut untuk dapat menguat. Apalagi pelemahan yang terjadi telah dalam, sehingga adanya momentum tersebut dimanfaatkan untuk pembalikan arah positif.

“Adanya pengumuman paket-paket kebijakan dari dua instansi, pemerintah dan BI, kami nilai sangat baik namun, tidak banyak berpengaruh ke pasar yang terefleksi dari masih melemahnya nilai tukar rupiah seiring dengan pelemahan IHSG,” tuturnya.

Kemungkinan pelaku pasar belum sepenuhnya meresponspositif akan kebijakan-kebijakan tersebut atau bisa jadi pelaku pasar menunggu realisasi dan mekanisme untuk menjalankan kebijakan tersebut sehingga tidak hanya menjadi kebijakan yang sifatnya normatif.

Laju rupiah terus bergerak ke bawah dan di bawah target support14.265. Rupiah berpeluang melaju dalam kisaran support-resisten 14.395-14.300mengacu pada kurs tengah BI. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*