China Bikin Geger Dunia, BI: Tidak Ada Perang Mata Uang

Jakarta -Hari ini, pasar keuangan dunia terutama Asia guncang, akibat langkah China yang sengaja melemahkan yuan hingga nyaris 2%, untuk membuat barang produksinya murah di pasaran ekspor. Bank Indonesia (BI) menilai tak ada perang mata uang (currency war).

Currency war itu menurut analisis perusahaan luar negeri. Jangan pakai (istilah) currency war deh. Melakukan depresiasi 1,9 persen karena saya selalu bilang bahwa seluruh mata uang melemah terhadap dolar AS. Dan dolar AS menguat terhadap seluruh mata uang,” jelas Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara di kantor Kementerian Keuangan, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Selasa (11/8/2015).

Mirza mengatakan, saat ini hanya ada 2 mata uang yang tidak melemah terhadap dolar AS, pertama franc dari Swiss, dan poundsterling Inggris. Sementara yuan hanya melemah sedikit dan terkontrol.

“Saingan Tiongkok seperti Korea dan Jepang lebih dalam. Jepang dalam 2,5 tahun melemah lebih dari 25%, dan Korea tahun ini sudah melemah 6% bahkan lebih. Mata uang di Eropa melemah 9-12%,” jelas Mirza.

Selama ini, penguatan yuan telah membuat barang produksi China mahal, dan kalah dengan saingannya, seperti Korea, Jepang, dan Singapura. Sehingga ini membuat ekspor China di Juli 2015 turun 8%. Aneh memang, di saat pertumbuhan ekonomi China turun signifikan, namun mata uang yuan menguat, sehingga China mengambil langkah menurunkan nilai mata uangnya.

“Dia (China) mengumumkan hari ini bahwa currency band agak dibesarin 1,9%, sehingga ada market sentimen bahwa kemudian mata uang di negara-negara sekitarnya juga melemah,” ujar Mirza.

Indonesia tidak perlu ikut-ikutan melemahkan rupiah untuk meningkatkan daya saing ekspornya. Alasannya, sejak awal tahun, rupiah sudah melemah 8,5% dari dolar. Apalagi bila dihitung dari 2013, rupiah sudah melemah sekitar 30%.

“Rupiah sebagai mata uang sudah undervalue. Jadi kebijakan depresiasi tidak perlu diikuti oleh Indonesia,” kata Mirza.

Jadi, tegas Mirza, tidak perlu khawatir akan adanya tren perang mata uang. Karena BI akan selalu menjaga stabilitas nilai rupiah di pasar keuangan. Perang mata uang ini hanya dipakai para spekulan untuk melakukan spekulasi.

(dnl/hen)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*